Wednesday 9 May 2012

PERLUKAH PENDIDIKAN SEKSUALITAS DI SEKOLAH ?



Sumber foto Obyektif.com
Kondisi pergaulan remaja saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Terjadi peningkatan aktifitas seks pranikah, dan penyakit seksual di kalangan remaja. Hamil di luar nikah menjadi fenomena yang biasa di masyarakat. Sikap permisif masyarakat terahadap aktifias seksual para remaja menambah kondisi ini semakin runyam. Aktifitas seks bebas tidak hanya dilakukan oleh remaja sekolah menegah saja tetapi juga oleh anak-anak usia Sekolah Dasar. Yang lebih memprihatinkan, pada saat razia di sekolah-sekoah, tidak jarang ditemukan alat kontrasepsi di dompet pelajar.

Mudahnya remaja meperoleh alat kontrasepsi juga menjadikan aktifitas seks bebas bukan lagi sesuatu yang tabu di kalangan remaja. Bahkan saat ini di minimarket-minimarket yang menjamur di perkotaan bahkan di pedesaan, di setiap meja kasir selalu tersedia alat kontrasepsi (maaf, kondom).Yang lebih memprihatinkan, alat kontrasepsi ini diletakkan berjajar dengan permen dan makanan anak-anak lainnya. Artinya anak-anak belia saat ini sudah kenal secara tidak sengaja dengan alat kontrasepsi. Ada cerita lucu atau bahkan mungkin tragis, tentang seorang anak yang merengek-rengek kepada ibunya minta debelikan alat kontrasepsi yang terpajang di dekat kasir gara-gara mengira barang tesebut permen. Maklum di bungkus alat kontrasepsi tersebut tertulis rasa buah beserta gambar buahnya.Sudah sepatutnya para pemilik minimarket untuk tidak meletakkan barang dagangan yang tidak layak diketahui anak-anak di tempat-tempat terbuka. Rasanya kurang etis meletakkan barang tersebut di tempat yang mudah dilihat dan terjangkau oleh anak-anak di bawah umur.


Fenomena maraknya seks bebas dia kalangan remaja di perkuat oleh survei yang dilakukan lembaga-lembaga yang berkompeten beberapa tahun yang lalu. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2002-2003 menyebutkan, remaja usia 14-19 tahun yang memiliki teman, pernah berhubungan seksual sebelum menikah 34,7 persen untuk perempuan dan 30,9 persen untuk laki-laki. Survei Komisi Nasional Perlindungan anak 2008 terhadap anak SMP-SMA di 17 kota besa pernah menunjukkan, 97 persen remaja pernah menonton film porno, 93,7 persen pernah berciuman, meraba kemaluan, atau melakukan oral seks.(Kompas, 16 April 2012).

Berangkat dari kondisi di atas muncul gagasan dari berbagai pihak tentang perlunya pendidikan seksualitas di sekolah. Bahkan kalau perlu pendidikan seksualitas diberikan sejak SD kelas 4-6. Adapun dasar dari pemikiran ini adalah perlunya membekali remaja dengan pengetahuan yang memadai tentang seksualitas secara benar. Tanpa adanya bekal yang memadai dikhawatirkan remaja tidak dapat mengelola kebutuhan seksualnya secara benar.Selanjutnya remaja akan mudah terjebak kepada perilaku seks bebas. Akibat lebih lanjut adalah terjadinya kehamilan dini. Dan saat ini fenomena kehamilan dini semakin hari semakin meningkat. Tentu saja yang paling menjadi korban adalah remaja putri. Mereka harus rela putus sekolah dan memupus cita-cita untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi. Tidak itu saja pendidikan seksualitas diharapakan mampu mencegah berkembangnya penyakit seksual menular khususnya HIV.

Pendidikan seksualitas sudah menjadi prokontra sejak sepuluh atau bahkan dua puluh tahun yang lalu. Seksualitas sendiri saat ini masih dianggap sesuatu yang tabu dibicarakan secara terbuka apalagi di ruang kelas. Mendengar pendidikan seksualitas yang terbayang adalah pendidikan bagaimana mengajarkan siswa melakukan hubungan seksual. Berangkat dari pemahaman itu wajar jika muncul banyak pihak yang menolak adanya pendidikan seksualitas di sekolah.

Pendidikan yang terkait dengan seksulitas sendiri sebenarnya sudah ada di sekolah.Memang tidak berdiri sendiri sebagai satu mata pelajaran. Pendidikan seksualitas melekat pada beberapa mata pelajaran, khsususnya IPA Bilogi dan agama. Pada pelajaran IPA Biologi bahkan di kelas 6 SD sudah diperkenlakan alat-alat reproduksi manusia. Sedang dalam pelajaran agama khususnya Pendidikan Agama Isalam misalnya diajarkan bagaimana bersuci seteleh mengalami mimpi basah atau setelah berhubungan suami istri. Sayangnya dalam menyampaikan materi tersebut tidak sedikit guru yang menekankan aspek kognitif semata. Dalam pelajaran IPA, sering siswa hanya ditekankan bagaimana menghafal bagian-bagian alat reproduksi saja tanpa disertai pesan moral dan perlunya menjaga kesehatan reproduksi . Sementara itu untuk pendidikan agama , siswa lebih ditekankan pada tata ritual mandi basah dan do’a yang menyertainya. Di sinilah perlunya sebuah inovasi pembelajaran yang dapat berdampak pada peningkatan kesadaran tentang pentingnya mengelola aktifitas seksual secara benar, baik secara norma masyarakat maupun agama.

Di negara barat pendidikan seksualitas sudah berlangsung puluhan tahun.Hal ini wajar mengingat di barat masalah seksualitas bukan hal yang tabu. Bahkan di negara barat ada kecenderung untuk melegalkan aktifitas seks bebas. Memang dengan adanya pendidikan seksualitas berdampak pada turunnya tingkat kehamilan di usia remaja. Hal ini tentu bisa dipahami mengingat dalam pendidikan seksualitas siswa di samping diberikan pengetahuan tentang siklus menstruasi, proses kehamilan dan penyakit menular terkait aktifitas seksual juga dibekali pengetahuan tentang metode-metode pencegahan kehamilan.Namun demikian tidak ada jaminan bahwa perilaku seks bebas remaja akan menurun setelah diberikannya pendidikan seksualitas.

Untuk itu jika memang pendidikan seks akan di berikan di sekolah perlu adanya format yang tepat. Pendidikan seks yang diberikan tidak hanya memberi pengetahuan tentang seks yang sehat tetapi perlu adanya muatan moral sehinga remaja tidak terjebak kepada perilaku seks bebas.Format pendidikan seksualitas di Indonesia hendaknya tidak mengadopsi pola pendidikan seksualitas ala barat. Tentu kita tidak ingin anak kita untuk belajar tentang alat reproduksi manusia harus dengan mendatangkan model aslinya. Di barat sendiri hal semacam itu adalah hal biasa. Meskipun tanpa kita ketahui bisa jadi anak-anak secara sembunyi-sembunyi telah belajar dari situs video youtube.

Penulis berpendapat pendidikan seksualitas tidak perlu diberikan sebagai suatu mata peajaran khusus. Saat ini pelajaran yang memuat materi seksualitas seperti IPA Biologi dan Pendidikan Agama sudah cukup memadai guna memberikan informasi yang benar kepada siswa trkait dengan pengetahuan seksulitas. Permasalahanya adalah pelajaran tersebut perlu direvitalisasi agar dapat menjawab tantangan perkembangan jaman, terkait dengan pendidikan seksualitas. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menjadi wahana menyampaikan pengetahuan seksualitas yang benar dan bertanggung jawab. Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR), Kerohanian dan kegiatan ekstrakurikuler yang relevan dapat menjadi motor penggerak generasi muda anti seks bebas dan kehamilan dini. Hal ini akan lebih efektif,  mengingat mobilitas dan intensitas mereka dalam pergaulan sehari-hari dengan teman sebaya.

Sebenarnya lembaga yang paling tepat dalam memberikan pendidkan seksualaitas kepada anak sejak dini adalah keluarga. Keluargalah yang sangat bertangung jawab dalam memberikan informasi yang benar terkait dengan pengetahuan seksualitas.Konsep dosa jika berbuat zina perlu ditekankan kepada anak sejak usia dini. Namun sayangnya tidak semua orang tua mempunyai pengetahuan yang memadai. Pudarnya ikatan keluarga dan semakin melemahnya nilai-nilai keluarga menambah rumitnya permasalahan. Menurunnya kepercayaan terhadap nilai-nilai agama di masyarakat membuat masyarakat lebih toleran terhadap perilaku seks bebas di kalangan remaja. Di sinilah peran masyarakat khususnya dalam meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan remaja perlu di tingkatkan.

 Sekolah bukanlah gedung ajaib yang mamapu memecahkan segala permasalahan bangsa ini. Sekolah dengan perangkat-perangkat yang ada bukanlah apa-apa, tanpa adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya. Di sinilah perlu dibangun kesadaran bersama tentang pentingnya melakukan pengawasan terhadap perilaku seksual remaja.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.