![]() |
Sumber gambar Cambridgeaudio.com |
Pagi
itu tak Pak No tampak sedang asyik ngobrol dengan rekan kerjanya. Datang
seorang siswa memberitahukan Pak No bahwa kelasnya ada jadwal pelajaran yang diampu Pak
No. “ Ya sudah tahu, kembali ke kelas sana, sipkan bukunya “, kata Pak No
kepada siswa tersebut. Meski siswa tersebut sudah menuju ke kelas Pak No tidak
segera beranjak dari tempat tetapi meneruskan ngobrol yang sempat terputus karena kedatangan sang
siswa. Baru setelah puas menyelesaiakn topik obrolan,Pak No menuju kelas sesuai
jadwal mengajar.
Di
kelas Pak No, yang seorang guru matematika menjelaskan secara singkat materi
yang diajarkan. Setelah itu siswa diminta mengerjakan soal latihan di LKS
(Lembar Kerja Siswa) . “ Silakan kerjakan soal dalam waktu satu jam, nanti saya
kembali soal sudah selesai.Ingat jangan ribut, yang ribut saya beri nilau kurang”
pesan Pak No sebelum keluar kelas. Pak No segera menuju ruang guru. Seperti
biasa Ia segera mencari teman untuk mengobrol. Kalu tidak, Ia membuka laptop
untuk sekedar membuka akun facebook-nya, membuat status atau chatting dengan
teman. Setelah satu jam Pak No akan segera kembali ke kelas. Begitu sampai di
kelas Pak No meminta siswa segera mengumpulkan LKS. LKS yang terkumpul tentu
saja tidak dikoreksi cukup ditanda tangani. Selesai.
Model
belajar yang digunakan Pak No adalah adalah model belajar remot
kontrol. Model belajar remot kontrol biasanya langkah-langkahnya sebagai
berikut :
- Tunggu
siswa memanggil guru untuk masuk
kelas sesuai jadwal. Syukur kalau tidak ada siswa yang memanggil. Bukan
salah guru kalau tidak masuk kelas. Yang butuh belajar kan siswa bukan
guru. Masak sumur meneekati ember, begitu pepatah jawanya.Semacam guru
panggilan.
- Sesudah
mendapat jemputan siswa, tunggu beberapa menit agar siswa lebih siap.
Bukankah mengajar dengan siswa dalam kondisi siap akan lebih baik
hasilnya.
- Setelah
masuk kelas, terangkan materi dalam waktu singkat. Waktu lima belas menit
sudah cukup. Setelah itu beri tugas, kalau bisa secara berkelompok. Ambil
siswa yang dianggap pintar untuk menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya.
Kalau tidak ada tugas, siswa diminta meringkas materi yang ada di
buku,semakin banyak semakin baik.
- Setelah
siswa diberi tugas segera ke ruang guru untuk meneruskan obrolan yang
mungkin tertunda. Membahas gosip terhangat saat ini, atau main laptop
untuk berfacebook ria.
- Setelah
satu jam kembali di kelas untuk segera mengecek tugas yang telah
diberikan.
Tentu
saja model belajar remot kontrol seperti di atas tidak dianjurkan untuk
dipraktekkan. Namun di lapangan tidak sedikit guru yang menggunakan model
belajar di atas, sebagaimana Pak No praketkkan. Entah karena sudah mengalami
kejenuhan mengajar atau memang dasarnya pemalas. Yang lebih memprihatinkan,
guru yang sudah tersertifikasi yang tentunya sudah menikmati manisnya tunjangan
sertifikasi juga ada yang menggunakan model belajar tersebut.
Gaya
mengajar model remot kontrol menunjukkan ketidakprofeisonalan seorang guru. Di
samping jelas siswa sangat dirugikan. Hak mereka untuk mendapatkan pelayanan
pembelajaran yang layak menjadi terabaikan.Model belajar remot kontrol pasti membuat kualitas pembelajaran di sekolah
menjadi rendah juga memperburuk citra guru di mata siswa.
Memang
tidak mudah menjadi guru yang ideal. Meski tidak mudah, bukan berarti kita
dapat melakukan hal-hal yang justru akan menjauhkan diri dari sosok
guru yang ideal. Selalu belajar untuk
meperbaiki diri, terbuka terhadap kritik, tidak mudah putus asa adalah
upaya kita untuk menjadi guru yang profesional.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.