Sunday 22 April 2012

AROMA SYIRIK JELANG UN


Sumber foto Blog.Unik.com
Siapa bilang UN bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu kelulusannya hanya 60%. Kenyataannya masih  ada beberapa kasus siswa yang mengalami stres menjelang UN. Bahkan yang lebih tragis   karena kekahawatiran yeng mendalam pada diri siswa, ada yang melakukan jalan pintas bunuh diri. Ya, UN tidak hanya menjadi monster bagi siswa bahkan bagi guru dan sekolah.

Saat ini pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan UN melakukan tindakan-tindakan yang justru menambah suasana pelaksanaan UN semakin mencekam. Penjagaan UN yang melibatkan unsur polisi bahkan juga TNI,Penggunaan CCTV tiap ruang ujian, pengguanaan metal detector terhadap siswa yang akan masuk ruang UN, dan berbagai tindakan lain yang terkesan lebay. Susasana yang tercipta justru menununjukkan  betapa siswa dan pengawas diposisikan bak pesakitan  yang akan berbuat kejahatan. Kondisi semacam ini juga memberi dampak negatif secara psiskis terhadap siswa. Siswa menjadi kurang nyaman saat menjalani ujian. Tidak itu saja, pemerintah perlu mengeluarkan biaya ekstra guna memebiayai ubo rampai  alias pernak pernik UN yang sebenarnya hanya bagian dari membangun imej  bahwa UN berjalan jujur dan aman. Biaya yang sebenarnya lebih bermanafaat guna kepentingan pendidikan lain, semisal  rehabilitasi gedung sekolah atau beasiswa bagi siswa yang tidak mampu.


Kondisi yang tercipta sebagaimana di atas tentunya membuat siswa maupaun sekolah  yang akan menjalani ujian semakin meningkatkan rasa khawatir gagal ujian. Kekahawatiran yang berelebihan tersebut tidak jarang memunculkan perilaku atau kegiatan-kegiatan menjelang UN yang terkesan tidak wajar. Ada sekolah yang membagi-mambegi air putih yang sudah diberi jompa- jampi  orang pintar kepada siswa  dengan harapan otak siswa menjadi encer saat mengerajakan soal ujian.Bahkan ada sekolah yang menjalankan ritual cium kaki guru yang sudah diberi air kembang setaman guna minta do’a restu dan maaf kepada guru, sehingga lancar mengerjakan soal ujian karena sudah terlepas aras beban bersalah .Ada juga sekolah yang mengkoordinir siswa menjelang ujian      mengunjungi makam-makam orang pintar untuk mendapatkan berkah sehingga terinduksi oleh  kepintaran tokoh yang sudah meningal tersebut.

Perilaku-perilaku tidak wajar menejelang ujian yang dilakukan tampaknya sangat beresiko tinggi bagi siswa maupun guru terjerumus pada perilaku syirik alias menyekutukan Tuhan. Menganggap orang pintar sebagai bagian dari   faktor penentu kelulusan, ngalap berkah  kepada kuburan orang terkenal juga bentuk menduakan Tuhan. Untuk itu sudah sepantasnya sekolah menghindari aktifitas yang dimaksud. Budaya perilaku irasional menjelang UN tentu sangat memprihatinkan. Keingianan untuk lulus UN adalah sangat wajar, namun jika ditempuh dengan cara tidak wajar justru akan menyesatkan secara akidah. Selayaknya siswa diberi pemahaman bahwa kesuksesan menjalani ujian bukanlah bersifat instan. Kesuksesan dapat diraih melalui sebuah proses. Untuk itu  prinsip kerja keras, ketekunan dan keuletan dalam menggapai suskes UN perlu diberikan sejak siswa duduk di kelas awal.

Sukses UN bukan segala-galanya. Apa guna sukses UN yang dicapai dengan cara tidak wajar yang justru dapat menjerumuskan pada aktifias dosa besar. Dosa yang dalam agama diberi ancaman hukuman yang maha berat. Yeng lebih penting bagi siswa adalah bagaimana menjanai UN dengan kejujuran. Dengan dasar sikap keujujuran maka siswa akan tidak mudah diliputi rasa kekhawatiran yang berlebihan. Sikap jujur yang ada pada diri siswa akan memberikan rasa percaya diri sehingga UN tidak lagi menjadi monster yang menakutkan. 


No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.