![]() |
Sumber foto Blog.Unik.com |
Saat ini
pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan UN melakukan tindakan-tindakan yang
justru menambah suasana pelaksanaan UN semakin mencekam. Penjagaan UN yang
melibatkan unsur polisi bahkan juga TNI,Penggunaan CCTV tiap ruang ujian,
pengguanaan metal detector terhadap
siswa yang akan masuk ruang UN, dan berbagai tindakan lain yang terkesan lebay. Susasana yang tercipta justru
menununjukkan betapa siswa dan pengawas
diposisikan bak pesakitan yang akan
berbuat kejahatan. Kondisi semacam ini juga memberi dampak negatif secara
psiskis terhadap siswa. Siswa menjadi kurang nyaman saat menjalani ujian. Tidak
itu saja, pemerintah perlu mengeluarkan biaya ekstra guna memebiayai ubo rampai alias pernak pernik UN yang sebenarnya hanya
bagian dari membangun imej bahwa UN
berjalan jujur dan aman. Biaya yang sebenarnya lebih bermanafaat guna
kepentingan pendidikan lain, semisal
rehabilitasi gedung sekolah atau beasiswa bagi siswa yang tidak mampu.
Kondisi yang
tercipta sebagaimana di atas tentunya membuat siswa maupaun sekolah yang akan menjalani ujian semakin
meningkatkan rasa khawatir gagal ujian. Kekahawatiran yang berelebihan tersebut
tidak jarang memunculkan perilaku atau kegiatan-kegiatan menjelang UN yang
terkesan tidak wajar. Ada sekolah yang membagi-mambegi air putih yang sudah
diberi jompa- jampi orang pintar kepada
siswa dengan harapan otak siswa menjadi
encer saat mengerajakan soal ujian.Bahkan ada sekolah yang menjalankan ritual
cium kaki guru yang sudah diberi air kembang setaman guna minta do’a restu dan
maaf kepada guru, sehingga lancar mengerjakan soal ujian karena sudah terlepas
aras beban bersalah .Ada juga sekolah yang mengkoordinir siswa menjelang ujian mengunjungi makam-makam orang pintar untuk
mendapatkan berkah sehingga terinduksi
oleh kepintaran tokoh yang sudah
meningal tersebut.
Perilaku-perilaku
tidak wajar menejelang ujian yang dilakukan tampaknya sangat beresiko tinggi bagi
siswa maupun guru terjerumus pada perilaku syirik alias menyekutukan Tuhan.
Menganggap orang pintar sebagai bagian dari
faktor penentu kelulusan, ngalap
berkah kepada kuburan orang terkenal
juga bentuk menduakan Tuhan. Untuk itu sudah sepantasnya sekolah menghindari
aktifitas yang dimaksud. Budaya perilaku irasional menjelang UN tentu sangat memprihatinkan.
Keingianan untuk lulus UN adalah sangat wajar, namun jika ditempuh dengan cara
tidak wajar justru akan menyesatkan secara akidah. Selayaknya siswa diberi
pemahaman bahwa kesuksesan menjalani ujian bukanlah bersifat instan. Kesuksesan
dapat diraih melalui sebuah proses. Untuk itu prinsip kerja keras, ketekunan dan keuletan
dalam menggapai suskes UN perlu diberikan sejak siswa duduk di kelas awal.
Sukses UN bukan
segala-galanya. Apa guna sukses UN yang dicapai dengan cara tidak wajar yang
justru dapat menjerumuskan pada aktifias dosa besar. Dosa yang dalam agama
diberi ancaman hukuman yang maha berat. Yeng lebih penting bagi siswa adalah
bagaimana menjanai UN dengan kejujuran. Dengan dasar sikap keujujuran maka
siswa akan tidak mudah diliputi rasa kekhawatiran yang berlebihan. Sikap jujur
yang ada pada diri siswa akan memberikan rasa percaya diri sehingga UN tidak
lagi menjadi monster yang menakutkan.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.