Kita Tidak Berharap Menjelma Menjadi Monster |
Sebagai orang
guru baru tentunya merupakan sebuah penghargaan mendapat tugas di sebuah kelas
unggulan. Guru tersebut merasa mendapat kesempatan emas . Selanjutnya sang guru
tidak menyia-nyiakan tugas itu dengan mengajar
sebaik-baiknya. Dia mengajar dengan persiapan yang matang dan metode yang
bervariasi. Dia tidak ingin mengecewakan pihak sekolah atas kepercayaan yang
telah diberikan. Prestasi yang tinggi menjadi pengharapannya dalam setiap
kegiatan pembelajaran.Tentu saja sang guru tidak ingin siswa yang ,emurut
informasi adalah siswa unggulan setelah dia ajar menjadi tidak lebih baik.
Di akhir tahun pelajaran
dilakuakan evaluasi terhadap hasil belajar kelas tersebut. Apa yang terjadi ?.
Ternyata kelas tersebut memperoleh prestasi
yang luar biasa, memuaskan. Selanjutnya sang guru dipanggil oleh pihak sekolah,
diberitahukan tentang kondisi sebenarnya terkait kelas yang diajarnya. Pihak
sekolah memberitahukan bahwa kelas yang diajarnya sebenarnya bukan kelas unggulan bahkan sebagian siswa di kelas
tersebut adalah siswa yang bermasalah. Diberitahu hal tersebut tentu saja guru
tersebut terkejut. Dibalik keterkejutan ada perasaan bangga karena ia mampu
mengantarkan siswa dengan prestasi biasa menjadi luar biasa.
Dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi positif dan ekspektasi yang tinggi
dari seorang guru terhadap kelas ang diajarnya sangat berpengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa. Seorang guru yang mempunyai prasangka
positif dan pengharapan yang tinggi terhadap kelas yang diajarkan akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menggapai harapan yang diangankannya. Dengan melakukan
persiapan yang matang , penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan lasih
sayang yang tulus maka seorang guru mampu menghantarkan siswa kepada prestasi
belajar yang diharapkan.
Hasil penelitian
di atas dikenal dengan istilah Pygmalion effect dalam pembelajaran.
Pygmalion
Effect dalam pembelajaran
mengungkapkan bahwa apa yang dipikirkan oleh seorang guru dalam kegiatan
pembelajaran terkait harapan prestasi yang ingin dicapai oleh siswa seringkali akan betul - betul menjadi
kenyataan. Semakain tinggi harapan seorang guru terhadap prestasi belajar siswa
maka semakin tinggi pula kemungkinan prsetasi yang dicapai.
Istilah Pygmaleon
sendiri diambil dari nama seorang pemahat Yunani. Konon pemahat ini ingin
mempunyai istri yang cantik. Dibuatnya sebuah patung wanita dengan penuh
keseriusan dan ketekunan. Akhirnya dia dapat menyelesaikan sebuah patung wanita
yang cantik rupawan mirip dengan seorang wanita sebenarnya. Dia rawat patung
itu dengan kasih sayang. Dipakaikanlah pakaian dan perhiasan layaknya seorang
manusia. Setiap hari dia berdoa agar patung yang dibuatnya berubah benar-benar menjadi manusia. Selanjutnya
diceritakan dewa mengabulkan doanya dengan mengubah patung tersebut benar-benar
menjadi manusia. Akhirnya Pygmalion
menikah dengan wanita tersebut sesuai dengan harapannya. Selanjutnya sebuah
hasil yang dicapai dari sebuah pengharapan yang sangat terkait sebuah keinginan
yang sangat kuat dikenal dengan istilah Pygmalion effect.
Sebagai seorang
guru saya sering terjebak pada sikap ekspektasi atau pengharapan yang rendah
terhadap siswa saya. Apalagi saat
mengajar di kelas yang penghuninya
kebanyakan trouble maker alias tukang bikin ribut plus kemampuan
belajarnya rendah. Ada kecenderungan untuk mengajar hanya sekedar menggugurkan
kewajiban dengan target ketuntasan materi ajar bukan ketuntasan prestasi
belajar. Akibatnya sering terpikir mengajar hanya dengan metode konvensional saja cukup, mengapa
harus dengan metode variatif segala, percuma, paling juga tidak mudheng-mudheng , demikian pikir saya.
Dan dapat diduga kelas tersebut prestasinya tentu saja juga biasa-biasa saja.
Terkait prestasi yang rendah tentu saja
ada alasan yang dapat dibuat. Dasar siswanya yang tidak pandai, diajar menggunakan cara apapun juga tidak
paham juga, kilah kita.
Dengan memberi
label kelas yang menyebalkan seringkali guru sebelum masuk kelas tersebut sudah tidak berselera untuk mengajar. Saat mengajar waktu terasa lama,
apalagi saat kondisi kelas gaduh.Sehingga tidak jarang di kelas tersebut waktu
guru lebih banyak digunakan memberi nasehat dibanding menyampaikan bahan
ajar. Sementara untuk kelas yang kita
anggap menyenangkan kita akan semangat dalam mengajar. Bahkan waktu berjalan
terasa cepat. Hormon andrenalin terpacu untuk mengajar dengan berbagai variasi
metode belajar. Akhirnya yang pandai semakin pandai sementara yang prestasinya
rendah semakin terpuruk. Tragis.
Tampaknya kita
dalam mengajar perlu mempunyai pengharapan yang tinggi terhadap setiap kelas
yang kita ajar, sipapun penghuninya. Dengan pengharapan yang tinggi membawa
alam bawah sadar kita untuk melakukan berbagai cara guna mencapai harapan yang
telah kita angankan. Dengan tingginya pengharapan guru tidak lagi membedakan
antara kelas yang menyenangkan dan kelas yang menyebalkan. Semua kelas kita
perlakukan dengan harapan yang sama prestasi yang maksimal.
Dengan memberikan
harapan tinggi dan persepsi positf kepada siswa diharapkan juga dapat memacu
siswa untuk memaksimalkan potensi dirinya mencapai harapan yang disandang.
Tentu pengharapan yang kita berikan adalah pengharapan realisitis yang mungkin
dicapai oleh siswa. Siswa diarahkan untuk selalu berpikir positif dan selalu
optimis. Dengan berpikir positif dan optimisme yang ada siswa akan mudah
diarahkan kepada tujuan-tujuan yang kita inginkan.
Ada beberapa hal
positif yang dapat kita peroleh jika seorang guru mempunyai ekspektasi atau
harapan yang tinggi kepada para siswanya, dintaranya :
ü
Munculnya
sikap positif kepada siswa, guru cenderung khusnudzon daripada su’udzon kepada
siswa
ü
Tumbuhnya
ketulusan dalam mengajar, guru tidak merasa terlalu terbebani oleh kondisi-kondisi
negatif siswa. Tetapi muncul sikap untuk memperbaiki kondisi yang ada.
ü
Terjalinnya
komunikasi positif antara siswa dan guru. Guru akan menghindari ucapan-ucapan
negatif yang berpotensi melemahkan semangat belajar .
ü
Guru
akan berusaha memberikan yang terbaik kepada siswa, guna mencapai harapan ang
ia angankan.
ü
Guru
akan selalu berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Berusaha meminimalisasi
waktu yang terbuang percuma.
ü
Guru
akan menggunakan berbagai pendekatan, metode, strategi belajar guna menggapai
harapannya.
Tidak
hanya dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kehidupan sehari-hari saja berlaku
apa yang kita harapkan atau kita angankan itu pula yang akan kita capai. Kalau
kita berangan-angan hidup biasa-biasa saja tanpa prestasi yang diangankan maka
tingkah dan langkah yang kita lakukan juga akan mengarah kepada angan-angan
tersebut. Tetapi jika kita mempunyai
angan-angan dan harapan untuk membangun prestasi dalam kehidupan kita maka laku
dan langkah kita akan selalu mengarah kepada prestasi yang kita harapkan.
Pygmalion effect bukan berarti seseorang yang
belum mempunai pasangan kemudian memasang gambar Manohara di kamarnya kemudian
selalu berharap dan berdo’a agar Manohara benar-benar menjadi pasangannya dalam
dunia nyata. Ngimpi !!!. Itu kata Jin dalam iklan rokok terkenal. Jadi harapan
dan keinginan yang kita gantungkan masih dalam taraf realistis. Jadi silakan berharap yang tinggi sebelum berharap
dikenai biaya atau pajak bahkan dilarang.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.