Friday 30 September 2011

CONTOH LAPORAN PTK Peer Tutor Plus Startegy


LAPORAN AKHIR PENELITIAN






MENINGKATKAN PARTISIPASI  BELAJAR MATEMATIKA  DENGAN STRATEGI  PEMBELAJARAN  PEER TUTOR plus Strategy  PADA SISWA KELAS IX  SMP NEGERI 2 BATURRADEN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009



HASIL PENELITIAN
 




Oleh :
AGUS SUWARNO, S. Pd
NIP. 19700823 199412 1 001
Guru Matematika
SMP Negeri 2 Baturraden

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS
SMP NEGERI 2 BATURRADEN
  PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2009

BAB  I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang  Masalah
Budaya belajar pada siswa SMP Negeri 2 Baturraden khususnya siswa kelas IX tergolong rendah. Hal ini dapat disimpulkan dari diskusi-diskusi kecil para guru pada saat jam istirahat. Para guru rata-rata mengeluhkan rendahnya kesadaran siswa untuk  mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas-tugas mandiri.Pada saat kegiatan belajar  di kelas sebagian besar siswa cenderung pasif. Hal ini juga terjadi pada kegiatan belajar mengajar matematika. Akibat dari kondisi  ini rata-rata prestasi belajar siswa menjadi rendah.
  Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas IX berakibat pada hasil Ujian Nasional yang kurang memuaskan, bahkan tingkat kelulusan  kelulusan tiga tahun terakhir kurang dari 90%. Dari hasil Ujian Nasional dapat diketahui terdapat kesenjangan antara siswa yang bernilai rendah dan yang bernilai tinggi. Hal ini menununjukkan adanya ketidak merataan pemahaman materi pelajaran pada siswa.Pada siswa yang aktif relatif mendapat nilai yang tingi sedang pada siswa yang pasif rata-rata nilainya rendah.                                          

Hasil Ujian Nasional Siswa SMP Negeri 2 Baturraden
Dari Tahun Pelajaran 2005/2006 s.d 2007/2008
  

  Tahun Pelajaran
Mata Pelajaran

Rata-rata

%Kelulusan
B.Indonesia
B. Inggris
Matematika
I P A
2005 / 2006
7,65
5,47
5,44
­­_
6.19
60,98
2006 / 2007
7,58
5,31
5,71
­­–
6.20
83,25
2007 / 2008
7,14
5,05
5,33
5,71
5.81
83,00




            Jika dilihat pada tabel di atas rata- rata nilai matematika masih di bawah 6. Bahkan siswa yang tidak lulus rata-rata dikarenakan nilai mata pelajaran matematika masih di bawah nilai standar kelulusan. Sebenarnya materi uji matematka pada UN tahun 2007 dan 2008 lebih simpel karena mengacu  Kurikulum  Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), dimana pada kurikulum KTSP  muatan  materinya lebih ringkas  dibanding kurikulum 1994 .
            Adapun bentuk perilaku pasif yang sering ditunjukkan siswa pada saat KBM diantaranya adalah, kurang berani bertanya, takut menjawab pertanyaan yang diberikan guru, lebih senang  berdiam diri daripada memberikan pendapatnya , bahkan berbicara atau bercanda dengan teman sebangku. Berangkat dari kondisi tersebut tersebut muncul gagasan sebuah strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meminimalisasi permasalahan di atas.

      .  

1.2  Identifikasi Masalah
      Berdasarkan uraian di atas, masalah utama  yang mendesak untuk  diselesaikan adalah mebangun kesadaran belajar   dan sikap aktif yang dimiliki siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden  dalam kegiatan belajar mengajar.
      Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepad siswa diperoleh informasi hanya sekitar 45% siswa yang mempunyai sikap aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis penyebab terjadinya  masalah  (probable causes) dengan menggunakan, brainstorming dengan guru sejawat, dan pengalaman peneliti sebagai guru matematika,  penyebab yang paling mungkin munculnya  masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Masalah yang bersumber dari guru :
1.      Selama proses pembelajaran matematika  berlangsung, guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Sehingga keaktifan siswa menjadi rendah.
2.      Guru jarang menggunkan model pembelajaran kooperatif atau belajar berkelompok.
3.      Guru beranggapan pembelajaran kooperatif  akan  memakan waktu dan tenaga sehingga ketuntasan materi dikhawatirkan tidak tercapai.
4.      Guru yang menggunakan model pembelajaran koopertif sering bersifat kompetitif sehinga siswa yang berprestasi rendah semakin tersingkir.
b. Masalah yang bersumber dari  siswa :
1.      Sebagian besar siswa masih beranggapan guru sebagai orang yang harus ditakuti bukan orang yang harus didekati. 
2.      Siswa tidak berani bertanya kepada guru karena takut dianggap bodoh oleh teman-temannya.
3.      Kurang berani mengeluarkan pendapatnya karena takut salah.
4.      Siswa yang pandai cenderung enggan untuk membantu teman yang masih belum paham materi yang diajarkan guru
5.      Siswa yang pandai lebih senang  mengelompok dengan teman-teman yang prestasinya setara.
1.3  Perumusan Masalah
      Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Sekurang-kurangnya 45% siswa kelas 9 A SMP Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009 kurang berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
      Untuk menyelesaikan masalah dia atas  perlu dilihat dari penyebab utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu meminimalisasi permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Strategi yang juga mendororng siswa yang pandai untuk peduli kepada temannya,  sehinga terjadi prosese belajar yang bersifat kolaboratif.
            Dalam prosese belajar mengajar tampaknya perlu memberikan tanggung jawab kepada siswa yang pandai untuk  membantu guru dalam membimbing temannya yang mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika. Hal ini dirasa perlu dilakukan dikarenakan masih banyaknya siswa kurang terbuka menyatakan kesulitan yang dialami kepada guru. Permasalahan  ini bisa disebabkan karena faktor malu, takut atau kesuliatn secara verbal berkomunikasi dengan guru. Biasanya siswa dengan kesulitan semacam ini akan lebih mengkomunikasikan kesulitannya kepada teman sebayanya.
            Salah satu strtegi pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi permaslahan di atas adalah strategi pembelajarn tutor sebaya atau peer tutor.Dalam penggunaan strategi tersebut penulis mengembangkan menjadi  peer tutor plus Strategy. Dalam  strategi ini  siswa yang berperan sebagai tutor  diberi peran layaknya seorang  guru, yang tidak hanya membimbing siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga melakukan pengamatan perkembangan hasil belajar temannya yangs selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada guru. Siswa sebagai tutor  menginventarisasi  perkembangan siswa baik yang berupa nilai tugas, ulangan maupun sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.Dari hasil laporan inilah yang akan digunakan oleh guru untuk melakukan tindak lanjut kegiatan belajar ,mengajar berikutnya.. Dengan strategi ini diharapkan tidak hanya keaktifan siswa yang meningkat juga penilian autentik juga dapat terlaksana.    .
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian
      Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2 Baturrdaen ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase siswa yang  berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar diikuti dengan meningkatnya  prestasi
belajar siswa.
Tujuan khusus penelitian
      Pada akhir siklus pada semester genap tahun 2008/2009 siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden  yang berpartisipasi aktif  dalam kegiatan belajar matematika  meningkat secara signifikan , diikuti dengan peningkatan prestasi belajar berupa peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.
1.5  Manfaat Penelitian
      Penelitian Tindakan Kelas ini telah memberi manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya :
Bagi peserta didik
1.      Tumbuhnya kesadaran siswa untuk selalu brepartispasi  aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar,
2.      Siswa merasa senang dengan pembelajaran  matematika karena tidak merasa canggung untuk bertanya, meminta penjelasan berkaitan dengan kesulitan belajar yang dialaminya ,
3.      Dapat melatih kepedulian siswa yang prestasi matematikanya di atas rata-rata kepada siswa yang pretasinya masih rendah, sehingga dapat meminimalisasi egoisme siswa.
Bagi guru
Strategi belajar ini dapat menjadi alternatif bagi guru yang mempunyai permaslahan siswa dengan keaktifan dan prestasi belajar yang relatif rendah .
Bagi sekolah
      Memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 2 Baturraden, Kabupaten Banyumas.

Bagi masyarakat
      Karena siswa siswa dibiasakan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan selalu didorong untuk peduli kepada teman, maka sifat dan perilaku tersebut diharapkan akan terbawa dalam kehidupan bermasyara
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


2.1    Landasan Teori
Peer – Tutor  ( Tutor Sebaya )
            Kelompok sebaya merupakan wadah yang sangat penting bagi terselesaikannya tugas-tugas perkembanganyang dihadapi para siswa. Di sinilah peran-perannya menurut jenis kelamin masing-masing. Mereka belajar berkooperasi, berkompetisi, belajar ketrampilan-ketrampilan sosial, belajar tentang nilai-nilai, hidup bergotong royong dalam kehidupan bersama menuju tujuan-tiujuan bersama-sama. ( Oemar Hamalik,2003).       
            Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa kesulitan untuk menanganai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dimungkin rata-rata kelas yang ada adalah kelas gemuk yaitu kelas dengan jumlah siswa rata-rata dia atas 35 siswa. Untuk mensiasati kondisi tesebut guru dapat meminta bantuan kepad siswa yang semsetinya memperoleh program pengayaan untuk menjadi Peer – Tutor  atau Tutor sebaya. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain  (2006) ada beberapa manfaat dari kegiatan Tutoring ini, yaitu :
  1. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunya perasaan takut atau emnggan kepada guru.
  2. Bagi Tutor, perkerjaan  tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghapalkannya lagi.
  3. Bagi Tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.
  4. Mempererat hubungan anatara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
Pendekatan Kolaboratif
Pada kegiatan pembelajaran saat ini berkembang pendekatan pembelajaran kooperatif yang bersifat kompetitif. Dimana dalam pembelajaran tersebut tiap kelompok didorong untuk saling mengungguli satu dengan yang lain.. Akibat dari pendekatan ini tidak jarang terjadi kesenjangan kemampuan yang diperoleh tiap-tiap kelompok  pada saaat kegiatan pembelajaran. Kelompok yang unggul cenderung tidak mau berbagi pnegetahuan terhadap kelompok yang lain. Kelompok yang unggul menganggap kelompok lain sebagi pesaing. Akibatnya kelompok yamng mempunyai kemampuan rendah sulit untuk mengikuti kemampiuan kelompok yang unggul. Lebih lanjut dari  kondisi tersebut adalah  kelompok dengan kemampuan rendah selalu tertingga; dan frustasi. Hal lain yang mungkin  terjadi adalah guru cenderung memperhatikan kleompok siswa yang memiliki kemampuan yang baik.
            Untuk menghindari kondisi dia atas  perlu dilakukan pendekatan yang tidak hanya menekankan pada persaingan. Suatu pendekatan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa yang saling bekerja sama dalam pencapaian penguasaan materi pelajara. Dimana terjadi siswa atau kelompok  yang sudah menguasai materi  pelajaran mengajar kepada siswa yang belum menguasai. Pendekatan kerja sama ini sering disebut dengan Pendekatan Kolaboratif.
            Menurut Tim Widiaiswara LPMP Jateng ( 2008 ) dalam pendekatan Kolaboratof dimungkinkan terjadi saling belajar membelajarkan antar  siswa sehingga pencapain belajar  siswa relatif sama.
            Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghargai orang lain, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok kecilakan mampu mengatasi berbagi rintangan, bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain, mengeluarkan   pendapat dan  mengambil keputusan.   ( Elaine B. Johnson, 2007 )        
Pembelajaran Matematika
Refleksi dan komunikasi adalah proses yang saling terjalin dalam belajar matematika. Dengan perencanaan dan dan perhatian yang eksplisit oleh para guru ,komunikasi untuk tujuan-tujuan refleksi bisa menjadi suatu bagian yang alamiah dari belajar matematika.Para siswa yang masih anak-anak dapat diminta untuk ”berpikir dengan  keras” , dan pertanyaan –pertanyaan cermat yang diajukan oleh guru atau teman sekelas bisa memancing mereka untuk meninjau kembali penalaran mereka. Dengan pengalaman , para siswa akan memperoleh pengalaman dalam mengatur dan menacatat pemikiran mereka.(Prof. Wahyudin, 2008)




2.2  Kerangka Berpikir
      Untuk medukung terwujudnya komunikasi anatar siswa yang dapat membangun pemahaman dalam pembelajaran matematika, guru membentuk situasi kelas yang mendukung terbentuknya komunitas diamaa dalam komunitas tersebut para siswa akan merasa bebas mengekspresikan gagasan-gagasan mereka.Dalam komunitas tersebut siswa dapat saling berbagi gagasan –gagasan matematis dalam cara-cara yang cukup jelas dimengerti dalam kominitas siswa tersebut.
            Di tingkat  SMP siswa cenderung tidak mau menonjolkan diri dalam kelompoknya, bahkan ada siswa yang cenderung menarik diri dalam kelompoknya. Untuk itu guru mempunyai peran yang sangat penting dalam penciptaan komunitas kelas yang mampu merangsang adanya komunikasi antar siswa. Perlu pembentukan kelompok komunitas yang bersifat heterogen  khususnya pada  kemampuan akademik . Melalui kelompok tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan komunikasi yang terjadi antara siswa dengan siswa maupun siswa dan guru.
      Empat pilar pendidikan sejagat yang dicanangkan oleh UNESCO dan menopang imperatif pendidikan bagi semua (education for all)  adalah learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live together. Paradigma dan orientasi yang demikian dipandang menuntut  wawasan dan cara pandang baru dalam mengelola proses pembelajaran.
      Sejalan dengan pemikiran di atas, cara pandang pembelajaran tradisional yang mengedepankan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi harus berubah menjadi siswa mampu memahami, dan mengaplikasikan ide dan proses yang lebih kompleks. Pebelajar tradisional bekerja sendiri, berkompetisi satu dengan lainnya, hanya menerima informasi dari guru harus berubah menjadi pebelajar yang bekerja dalam kelompok, berkolaborasi dengan lainnya. Pebelajar mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesa informasi pada pebelajar modern ( Kistono, 2002), sehingga strategi pembelajaran yang disarankan adalah pembelajaran yang memberi ruang bagi pebelajar untuk mengaplikasikan gagasan-gagasannya sendiri, memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan-kegiatan explorasi, discovery, inventory, investigasi, (Gafur, 2003).
      Pemikiran senada adalah teori baru dalam psikologi pendidikan di antaranya teori pembelajaran konstruktivisme (constructivist theories of learning). Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan, membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, dan guru dapat memberi kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membimbing siswa menjadi sadar dan secara sadar pula menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Wartono dkk, 2004). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuannya, mereka harus bekerja memecahkan masalah, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Peer Tutor  Plus Strategy
      Berdasarkan uraian di atas, untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini diperlukan strategi pembelajaran yang mampu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.Perlu dibentuk komunitas atau kelompok-kelompok dalam kelas yang dapat merangsang komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan guru. Sehingga dapat saling membantu antar siswa dalam memahami konsep-konsep dan masalah dalam belajar matematika. 
            Untuk  menciptakan kondisi seperti di atas guru membutuhkan bantuan siswa kelompok atas yang seharusnya mendapatkan pengayaan untuk menjadi tutor bagi kelomponya yang biasa disebut dengan peer tutor atau tutor sebaya.
       Adapun dalam model pembelajaran ini tutor selain bertugas membantu siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga diberi tugas mengamati perkembangan kemampuan siswa baik secara kademik maupun secara sikap diaman tutor melaporkan perkembangan temannya kepada guru secara berkala. Oleh karena itu model pembelajaran ini disebut dengan strategi pmebelajaran Peer Tutor plus..
Implementasi PEER TUTOR Plus Strategy
     PEER TUTOR Plus Strategy adalah  strategi pembelajaran yang memanfaatkan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata di kelasnya sebagi tutor teman sebaya dalam kelompoknya dan juga melaporkan perkembangan belajar teman-teman dalam kelompoknya secara berkala kepada guru,
.   Adapun  langkah-langkah strategi pembelajarn Peer Tutor plus adalah sebagai berikut:
1.   Pembentukan Kelompok
Dibentuk kelompok heterogen baik dalam kemampuan akademis maupun jenis kelamin.Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dalam berinteraksi seacar social tanpa mebeda-bedakan kemampuan dan jenis kelamin sehingga mempunyai sikap terbukap dan toleran keopada sesame.
2.  Pendampingan oleh Tutor
Bekerja dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan soal atau masalah yang diberikan oleh guru. Siswa yang berperan sebagai tutor melakukan pembimbingan kepad siswa yang kurang memahami penjelasan  atau masialah yang diberikan oleh guru.. Bagi tutor yang tidak dapat menjawab pertanyaan teman dalam kelompoknya dapat meminta bantuan guru.
3.  Penugasan oleh guru
Guru memberi kan tugas kelompok dari buku siswa atau Lembar Kerja Siswa. Tutor  melakukan pembimbing kepada siswa yang mengalami kesulitan.
4.      Diskusi Kelompok
Upaya untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat dari pemecahan masalah atau soal yang telah diberikan. Disamping diskusi dalam kelompok juga dilakukan diskusi antar kelompok agar hasil masing kelompok dapay terkomunikasikan.Dalam hal ini guru melakukan pembimbingan seperlunya.
5.      Pengamatan dan inventarisasi masalah individu oleh tutor
      Tutor melakukan pengamatan sikap teman dalam kelompoknya dan perkembangan hasil belajarnya. Dalam hal ini yang perlu diinventarisir oleh tutor masalah yang dihadapi tiap individu dalam kelompoknya, untuk kemudian dilaporakan kepada guru baik secar lesan maupun tertulis.


6. Pos Tes
  Diberikan tes secara individu, untuk mengetahu sejauh mana perbedaan hasil dari nilai kelompok dan nilai indivdu . Disamping itu juga untuk mengetahui sejauh mana perkembanagan prestasi belajar tiap-tiap siswa
2.3  Hipotesis Penelitian
      Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:” Peer tutor plus Strategy“ dapat meningkatkan peran serta aktif dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar matematika,pada siswa kelas  9 SMP Negeri 2 Baturraden , Kabupaten Banyumas”.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



3.1  Tempat dan Waktu   Penelitian
      Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten Banyumas. SMP  Negeri 2 Baturraden adalah salah satu sekolah di Kabupaten Banyumas,  berlokasi di jalan Raya Kemutug Kidul, kecamatan Baturtraden, berjarak ± 7 km ke arah utara dari kota Purwokerto,  di kaki gunung Slamet. 
      Penelitian ini  dilaksanakan pada semester genap  Tahun Pelajaran 2008/2009. Berlangsung pada bulan januari  sampai dengan April 2009.

3.2  Metode dan Rancangan Penelitian
      Metode penelitian berhubungan dengan tata urutan penelitian ini akan dilakukan. Karena penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Classroom Action Research dapat dikelompokkan dalam penelitian dengan metode deskriptif sekaligus metode eksperimen.
      Salah satu ciri Classroom Action Research adalah cyclic atau adanya langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui fase-fase Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi) (Kemmis dan Mc Taggart, 1992),
Siklus 1

Siklus 2























Gambar 3. Siklus dalam Action Research (Kemmis dan Taggart)


3.3  Subjek Penelitian
      Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 9 A  SMP Negeri 2 Baturrden pada semester  genap Tahun Pelajaran 2008/2009. Kelas ini tergolong kelompok siswa dengan prestasi sedang bahkan cenderung rendah, sebuah kelas yang terdiri dari  kombinasi antara siswa dengan dengan prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi belajar peringkat sepuluh besa, juga terdapat siswa yang aktif dalam organisasi OSIS. Kondisi tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi dan prestasi  dalam kegiatan pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. .
3.4  Teknik dan Alat Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan Data
      Fokus penelitian ini adalah partisipasi belajar siswa, kerjasama dan sikap peduli siswa terhadap teman . Untuk memperoleh data-data tersebut digunakan beberapa teknik dan alat  pengumpul data di antaranya:
a.       Teknik angket dan wawancara untuk data sikap
Untuk mengetahui perkembangan proses dan atau pencapaian kompetensi sikap peduli  siswa.
b.      Teknik tes unjuk kerja (performance test)  
Digunakan untuk mengukur kinerja siswa di kelas , Penilaian ini mencakup hasil akhir serta proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa melakukan melakukan kegiatan belajar yang bersifat kolaboratif.
c.       Teknik pemberian tugas kelompok  
Untuk mengukur aktifitas kelompok terhadap tugas yang diberikan, dan kepedulian tutor terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar.
d.      Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas pembelajaran
e.       Learning Logs siswa
Untuk mengetahui, perasaan, tanggapan, gagasan siswa yang sebenarnya tentang proses pembelajaran yang dialaminya.



Alat Pengumpul data
      Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut :
a.       Quesioner
b.      Panduan wawancara
c.       Rubrik unjuk kerja
d.      Lembar Observasi
e.       Rubrik tugas
f.       Jurnal peneliti
g.      Catatan siswa

      Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap. Data sikap partisipasi dan prestasi diambil pada saat pra siklus untuk memperoleh data awal sebelum treatment pembelajaran dilakukan dan diambil pada akhir sikulus. Data kemampuan pemecahan masalah siswa, Data kemampuan pengelolaan kelas guru diambil pada setiap fase acting pada siklus.  Learning log siswa digunakan pada  tahap refleksi setiap siklus dalam rangka Data Triangulation  dan  Source Triangulation.

3.5  Validasi Data
      Validasi dan reabilitas instrumen/data digunakan practically validity/reability, artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa istrumen layak digunakan maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel.    Untuk meningkatkan validasi akan digunakan pula  strategi berikut, yakni:
1.      Face validity, Setiap anggota saling menilai/memutuskan validitas suatu instrument/data dalam proses kolaborasi.
2.      Triangulation, Menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian. Perhatikan Gambar 4. Skematik Triangulation

·   Peningkatan peran siswa
·   Peningkatan kinerja guru
·   Perubahan suasana kelas


Kolaborator
Siswa
Guru
·         Learning logs
·         Wawancara
·         Angket
·   Kinerja guru

·   Jurnal guru
·   Lem Observasi










Gambar 4. Skematik Triangulation
3.6  Analisis Data
      Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Sejalan pula dengan Tripp dalam Priyono (2001) menyatakan analisis data merupakan proses mengurai sesuatu ke dalam bagian-bagiannya. Langkah-langkah  analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) membuat interpretasi.
      Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran Matematika SMPN 2 Baturraden  ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika dan  prestasi belajar siswa.
     Untuk memastikan adanya perubahan  berupa peningkatan peran aktif   siswa, peningkatan kinerja guru, dan perubahan sauasana kelas, maka perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi, yakni :
3.      Theoritical triangulation, menggunakan berbagai teori dalam menelaah setiap perubahan
4.      Data triangulation, mengambil data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat
5.      Source triangulation, mengambil data dari berbagai nara sumber
6.      Instrumental triangulation, menggunakan berbagai macam alat/instrumen seperti telah disampaikan pada teknik pengumpulan data 
    
3.7  Indikator Kinerja
      Penelitian ini dianggap berhasil jika telah memenuhi indikator kinerja berikut:
1.      Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas.
2.      Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan di  atas krteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
3.      Sekurang-kurangnya 75% tutor aktif memberi bimbingan kepada teman dalam kelompoknya.


3.8  Prosedur Penelitian
      Sesuai dengan rancangan penelitian maka prosedur penelitian ini melalui 2 siklus, sebagaimana dijelaskan berikut ini :
Siklus I
1.  Tahap Perencanaan (Planning)
      Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan ini menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Peer Tutor plus Strategy, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peer Tutor plus  Strategy dan Sistem Penilaian  Peer Tutor plus Strategy.
      Persiapan  lain adalah pembuatan alat pengumpulan data meliputi: Quesioner, Lembar kerja Siswa dan rubrik, Lembar Observasi, seperti pada lampiran.
2.  Tahap Pelakasanaan (Acting)
Pada siklus I, dilakukan pembelajaran dengan Peer Tutor plus  Strategy yaitu:
a. Pengelompokan siswa
b. Pendampingan oleh tutor
c. Penigasan oleh guru
d. Diskusi Kelompok
e. Pengamatan dan inventarisasi maslah individu oleh tutor
f. Pos tes.
3.  Tahap Pengamatan (Observing)
      Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra sebagai observer. Fokus pengamatan adalah aktifitas siswa dan guru serta interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa rubrik kinerja ilmiah, lembar observasi proses pembelajaran   untuk melihat urutan kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk menjamin  validasi data dengan teknik triangulasi.
4.  Tahap Refleksi (reflecting)
      Kegiatan refleksi dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam setelah fase Acting dan Observing untuk menjamin akurasi dan kesegaran data. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan menyimpulkan data temuan. Hasil refleksi pada siklus I menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya.

Siklus II
1. Tahap Perencanaan (Planning)
      Merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Merencanakan perbaikan kinerja pada siklus II. Membuat persiapan pembelajaran meliputi Silabus, RPP, Sistem Penilaian dengan Peer Tutor plus  Strategy.
2.  Tahap Pelaksanaan (Acting)
      Pada siklus II,   pembelajaran dilakukann dengan  Peer Tutor plus Strategy..
3.  Tahap Pengamatan (Observing)
      Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra. Fokus pengamatan masih tetap yakni aktifitas siswa, guru dan interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan semua alat pengumpulan data   dan untuk melihat urutan kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk menjamin trianggulasi data serta validasi data.
4. Tahap Refleksi ( Reflecting )
      Secara umum kegitan tahap ini sama dengan kegiatan refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan menyimpulkan langkah berikutnya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Data
Siklus I
Tahap Perencanaan (Planning)
      Kegiatan tahap perencanaan menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Peer tutor  Strategy, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peer tutor  Strategy dan Sistem Penilaian, termasuk pembuatan alat pengumpulan data meliputi: Quesioner untuk sikap, Lembar kerja Siswa dan rubrik untuk pemecahan masalah. Mendaftar siswa yang akan dijadikan tutor dan pembentukan kelompok yang akan menjadi bimbingan dan pengamatan tutor.

Tahap Pelaksanaan (Acting)
      Kegiatan pembelajaran pada siklus I adalah pembelajaran penyelesaian soal-soal prediksi UN,  dibuka dengan ucapan salam dan  guru menyampaikan topik materi pembelajaran hari ini tentang salah satu standar kompetensi lulusan.Siswa diminta mengelompok sesuai degan kelompok yang telah disusun bersama. Tutor melakukan pendampingan kepada masing-masing kelompoksesuai tangung jawab yang telah ditentukan. Rangkaian pembelajaran dengan menggunakan  Peer Tutor strategy, dengan fase-fase pembelajaran sebagai berikut;  (1) Pengelompokan siswa, (2) Pendampingan oleh tutor, (3) Penugasan oleh guru (4) Diskusi kelompok , (5) Pengamatan dan inventarisasi masalah individual oleh  tutor, dan (6) Pos tes .
Pada Fase Pengelompokkan siswa setelah guru menyampaiakn apersepsi dan motivasi terkait materi UN yang diberikan siswa diminta untu menuju kelompok masing-masing sesuai dengan yang telah dibentuk sbelumnya. Masing kelompok diberikan materi UN sesuai dengan Materi yang dijadwalkan.

      Fase Pendampingan oleh Tutor, tutor melakukan pembimbingan kepada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan tentang materi yang dijelaskan guru. Jika tutor mengalami kesulitan saat menjelaskan kepada teman tutor minta bantuan dari guru.
      Fase pembelajaran selanjutnya adalah Fase Penugasan oleh guru, pada fase ini  guru memberi tugas secara kelompok.Tutor memberikan bantuan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas.
Selanjutnya fase Diskusi Kelompok, Kelompok siswa mendiskusikan tugas yang diberikan guru. Hasil pembahsan kelompok kemudian didiskusikan antar kelompok.Tiap kelompok secara bergantian di depan kelas menyampaikan hasil diskusinya. Untuk siswa yang maju ke deoan adalah bukan tutor.. Kelompok lain diminta untuk memperhatikan dan memberi koreksi dari hasil diskusi kelompok lain.
      Fase Pengamatan dan Inventarisasasi masalah individu oleh tutor.Pada fase ini tutor mengamati keaktifan anggota kelompoknya dan juga materi yang masih menjadi kendala masing –masing anggotanya.Hasil pengamatan tadi menjadi bahan laporan kepada guru..
      Fase terakhir pembelajaran adalah Fase Pos Tes.Dalam fase ini siswa diberikan tes secara perorangan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar secara kelompok dan secara perorangan. Di samping itu dengan tes ini dapat diketahui siswa mana yang sudah mencapai ketuntasan dan yang belum mencapai ketuntasan.
Tahap Observasi ( Observing)
      Sesuai dengan prosedur penelitian yang telah direncanakan, Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra sebagai observer. Fokus pengamatan adalah aktifitas siswa dan guru serta interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar Observasi Pembelajaran , Lembar Kerja Siswa (LKS) Pemecahan Masalah oleh guru, jurnal guru dan learning logs. 
      Untuk memantau tingkat kemampuan dan tingkat kreatifitas dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan Peer Tutor plus  Strategy maka digunakan alat penilaian kemampuan guru  berupa lembar penilaian proses pembelajaran di kelas yang dipantau oleh seorang kolaborator, Selain kolaborator mengamati kemampuan esensial yang harus dikuasai oleh guru, hal lain yang dinilai adalah kemampuan khusus guru dalam mengembangkan strategi pembelajarannya. Sedangkan untuk menangkap data interaksi guru-siswa serta suana pembelajaran digunakan lembar observasi.

Tahap Refleksi (Reflecting)
      Refleksi dilakukan setelah tahap pengamatan berlangsung, dilakukan secara bersama antara peneliti dan kolaborator dengan melibatkan data-data hasil pengamatan. Dengan memperhatikan data sikap, hasil lembar kerja siswa, dan jurnal guru, ada beberapa hal yang terjadi dan perlu dipertimbangkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada  siklus berikutnya, yakni :
  1. Ada antusiasme  dari siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
  2. Terdapat interaksi aktif antar siswa dan siswa dengan guru.  
  3. Perlu segera adanya peran aktif tutor dalam pembimbingan terhadap teman dalam kelompoknya.
      Kondisi di atas menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah pada siklus berikutnya.
            Refleksi dilakukan juga antar guru dan tutor, pada saat pertemuan tutor. Dalam tahapan ini tutor melaporkan perkembangan belajar teman yang menjadi bimbingannya .Dalam pertemuan ini muncul beberapa keluhan dari para tutor , diantaranya :
ü  Ada teman yang sulit diarahkan saat kerja kelompok.
ü  Beberapa siswa sering mengganggu teman sekelompok.
ü  Teman yang dibimbing sering lambat dalam menerima penjelasan tutor.
ü  Tutor merasa kurang bisa konsentrasi saat belajar berkelompok karena kelompoknya sering ramai sendiri.
ü  Tutor merasa belum mampu membimbing temannya.
ü  Ada tutor yang ingin mengundurkan diri karena merasa tidak sanggup mengatur teman yang dibimbingnya.

            Dari komentar di atas guru kemudian memberikan arahan agar para tutor tetap  bersabar dalam membimbing temannya. Disamping itu diberi motivasi bahwa menularkan ilmu merupakan bentuk ibadah, ilmu yang diberikan tidak akaan berkurang sebaliknya akan makin bertambah.Para tutor bersedia berusaha untuk membantu temannya dengan sungguh-sungguh.
Siklus II
Tahap Perencanaan (Planning)
     Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, bahwa agar siswa benar-benar aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan tutor aktif melakukan pembimbingan terhadap teman dalam kelompoknya maka dijelaskan ulang aturan main dari Peer Tutor plus strategy ini. Dalam pertemuan antar tutor guru menekankan kembali akan tugas tutor dalam pembimbingan temannya. Dalam pertemuan tersebut tutor melaporkan perkembangan keaktifan dan kesulitan yang dialami teman yang dibimbingnya.
. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Sistem penilaian ,lembar Obserbvasi Pembelajaran, serta alat dan bahan untuk kegiatan pembelajaran.
Tahap Pelaksanaan (Acting)
      Kegiatan pembelajar observasi lapangan merupakan kegiatan pembelajaran  setelah kegiatan pemecahan masalah di kelas pada siklus 1. Kegiatan ini dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, mengingatkan kembali materi sebelumnya.
Pada kegiatan ini guru menerangkan materi yang menjadi kendala sebagian besar siswa. Di samping itu guru menerangkan secara individu terhadap siswa yang  paling banyak mengalami kesulitan.     
            Selanjutnya siswa diminta mengerjakan paket soal yang ada dalam buku dikerjakan secara kelompok. Tutor melakukan pembimbingan. Materi yang diberiakn adalah materi yang sudah dibahas pada pertemuan tutor.
      Siswa tampak lebih aktif dalam mengerjakan soal yang dikerkan. Tutor juga semakin bersemangat dalam pembimbingan. Terjadi diskusi aktif alam kelompok dan antar kelompok. Guru mengarahkan diskusi agar berjalan secara efektif dan efisien.
Tahap Pengamatan (Observing)
      Pengamatan Kegiatan pembelajaran observasi di kelas , dengan memperhatikan data hasil belajar siswa berupa hasil diskusi, Lembar Observasi Kinerja Guru dan Angket sikap keaktifan siswa.Sebagian besar besar siswa aktif saat mengikuti kegiatan belajar di kelas khususnya pada kegiatan diskusi kelompok. Tutor lebih aktif dalam memberikan pembimbingan terhadap teman dlam kelompoknya.
      Untuk memantau tingkat kemampuan dan tingkat kreatifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan Peer Tutor plus Strategy maka digunakan alat penilaian kemampuan guru  berupa lembar penilaian proses pembelajaran di kelas. Selain menilai kemampuan esensial yang harus dikuasai oleh guru, hal lain yang dinilai adalah kemampuan khusus guru dalam mengembangkan kreatifitasnya. Hasil Observasi Kinerja Guru selengkapnya disajikan dalam Tabel  berikut ini.     



Tabel 1
 Kinerja guru

No

Aspek yang dunilai

P 1

P 2

P 3

1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.

Mengelola ruang, waktu, fasilitas belajar
Menggunakan strategi pembelajaran
Mengelola interaksi kelas
Bersikap kreatif. Terbuka, mengembangkan sikap positif
Mendemonstrasikan kemampuan Peer Tutor plus Strategy
Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar
Kesan umum pelaksanaan proses pembelajaran

80.7
90.0
85.0
70.0

80.0

80.0
85.0

86.7
90.0
90.0
75.0

90.0

75.0
85.0

80.0
90.0
90.0
80.0

95.0

75.0
90.0

Rerata

81.4

84.5

85.7

Keterangan
P 1 = Pertemuan 1       P 2 = Pertemuan 2               P 3 = Pertemuan 3

\s Grafik 1. Kinerja Guru








                                                           
           
           
Tahap Refleksi (Reflecting)
Seperti pada Siklus I, refleksi pada siklus ini dilakukan setelah tahap pengamatan berlangsung, dilakukan secara bersama antara peneliti dan kolaborator dengan melibatkan data-data hasil pengamatan. Dengan memperhatikan data sikap setelah akhir siklus, hasil observasi di kelas , learning logs siswa, jurnal guru, hasil wawancara siswa, dapat dinyatakan hal-hal berikut:
  1. Ada antusiasme  dari siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
  2. Terdapat interaksi aktif antar siswa dan siswa , siswa dengan guru  
  3. Adanya peran aktif tutor dalam pembimbingan terhadap teman dalam kelompoknya.
Penggunaan Peer Tutor strategy dirasakan manfaatnya terungkap dari beberapa komentar siswa dan tutor, diantaranya sebagi berikut :
  • ” memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang belum bisa dan dapat untuk bertukar pendapat dan pikiran ”
  • ” Tutor dapat mengerti masalah yang yang dihadapi teman dan tutor juga menambah ilmu ”
  • ” melalui tutor siswa dalam pembelajarn menjadi lebih mudah, jika mengalami kesulitan dapat langsung menanyakan kepada tutor ”
  • ”menambah semangat belajar, siswa menjadi pandai bermusyawarah, lebih mudah memecahkan masalah”
  • ”menambah persahabatan ”
  • ” perlu ditingkatkan dan pada pelajaran yang lain ”
  • ” menghilangkan rasa stres yang berlebihan ”


4.2  Pengujian Persayaratan Analisis
            Sebelum melakukan analisis data hasil penelitian maka untuk meningkatkan validasi data dilakukan dengan practical validity, artinya sepanjang peneliti dan kolaborator memutuskan bahwa instrumen deinyatakan valid dan reliabel maka instrumen tersebut dapat digunakan. Stategi yang digunakan untuk meningkatkan validasi adalah face validity dan triangulation.

Sikap  Positif Siswa dalam KBM
            Data sikap posistif dalam kegiatan belajar mengajar matematika diukur dengan menggunakan quesioner berupa skala sikap, sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung.  Bedasarkan data hasil angket, ada perubahan sikap yang lebih baik dalam mengikuti KBM. Learning logs adalah ungkapan perasaan siswa ketika melakukan pembelajaran, berdasarkan learning logs siswa terungkap perasaan senang dan positif lainnya melakukan kerja kelompok
            Meningkatnya kepedulian tutor terhadap teman dam kebersediaan teman terbimbing untuk mendengarkan dan aktif mohon penjelasana merupakan bukti lain dari adanya penongkatan sikap positif siswa.

Kerampilan  Siswa berkomunikasi dan memecahkan masalah
Data keterampilan berkomuikasi siswa dari lembar pengamatn sedang peningkatan ketrampilanm memecahkan maslah dapat dioamati dari hasil prsetasi belajar secara berkelompok dan perorangan.





Kinerja Guru
            Kinerja guru diapantau oleh onserver dengan menggunakan Lembar Observasi Proses Pembelajaran, berdasarkan data hasil pengamatan kinerja guru meningkat secara meyakinkan dari siklus 1 ke siklus II

4.3  Pengujian Hipótesis
            Berdasarkan deskripsi data hasil  penelitian maka dapat dinyatakan : 
  1. Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas.
  2. Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan di  atas krteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
  3. Sekurang-kurangnya 75% tutor aktif memberi bimbingan kepada teman dalam kelompoknya.

Dengan demikian maka maka dapat dinyatakan : ”Peer Tutor plus trategy dapat meningkatkan  peran serta aktif dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar matematika,pada siswa kelas  9A SMP Negeri 2 Baturraden , Kabupaten Banyumas”.






4.4  Pembahasan
Selama proses pembelajaran dengan menggunakan PEER TTTOR plus Strategy dengan materi SKL UN, Berdasarkan catatan guru dan data-data lapangan ditemukan hasil pembelajaran pada siswa sebagai berikut :
  1. Siswa merasa motivasi belajrnya lebih meningkat.
  2. Siswa merasa mempunyai kesempatan untuk salaing bekerja sama dan bertukar pikiran menegrjakan materi soal yang diberikan guru..
  3. Siswa yang mengalami kesuliatan pada  saat belajar matematika menjadi berkurang.
  4. Siswa yang  menjadi tutor lebih memahami kesulitan-kesulitan yang dialami teman-temannya.
  5. Bagi tutor merasa bertambah mengerti dengan menjelaskan materi kepada temannya.  
  6. Menambah keakraban antar siswa sehinga mereka lebih bersifat terbuka dan toleran dengan sesama teman.
7.         Siswa belajar menghargai dan mau mendengarkan pendapat orang lain.      
      Hal tersebut di atas dukung dari pengamatan yang disajikan dalam bentuk tabel   berikut  :





Tabel  2.
Siakp Posistif siswa dalam KBM



Domain Afektif
Prosentase sikap positif
Siklus I
Siklus II

1.


2.


3.


4.


5.

Aktif dalam diskusi kelompok


Atif bertanya dan bertukar pendapat dengan  teman atau tuor

Serius mnegikuti penjelasan dari tutor


Saling terbuka dan menghormati pendapat teman

Menjaga ketertiban situasi kelas

50%


55%


52.5%


76%


84.1%


65%


65%


75%


84%


87.5%




TABEL SIKAP POSITIF SISWA
DALAM  KBM

Siklus I
Siklus II
\s
 









      Memperhatikan data-data dan komentar yang berhasil dihimpun tampak terjadi  peningkatan sikap positif  siswa pada saat KBM berlangsung. Disamping itu terjadi peningktan prestasi belajar dari siswa yang bisa dilihat banyaknya siswa yang mencapi ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ada.
       Pada saat berdiskusi siswa lebih bersifat terbuka dan toleran terhadap pendapat temannya. Siswa saling menghormati antar teman tanpa melihat perbedaan yang ada.
      Pembelajaran dengan PEER TUTOR plus Strategy, siswa dilatih untuk untuk melakukan pemecahan masalah secara bersama-sama dengan tutor sebayanya.Mereka berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mendapatkan dapat memecahkan masalah yang diberikan guru. Di sisn siswa belajar secara Trial Error. Belajar dari kesalahan yang dilakuakn untuk kemudian ada perbaikann berasma-sama.
Bagi tutor tentunya merupakan pengalaman yang berharga untuk mengetahui keasulitan-kesulitan yang dialami teman sehingga tutor kan lebih memahami temannya. Dengan menjadi tutor siswa  diharapkan tidak egois mau berbagi ilmu kepada temannya.Keuntungan yang lain tutor akan lebih meahami materi yang deiberiakn oleh guru kartena dengan kembali menjelaskan kepada teman secara tidak langsung tutor kan belajar ulang.
 Ketrampilan yang lain yang semakin meningkat adalah ketrampilan berkomunikasi para siswa, naik komunikasi antar siswa dengan siswa juag antar siswa dengan guru.Denga PEER TUTOR plus strategy  akan terbentuk komunitas-komunitas  yang dapat menjadi wadah bagi siswa untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Dalam kelompok yang terbentuk siswa merasa tidak canggung untuk mengeluarkan pendapat, bertanya dan saling bertukar pikiran
      Dampak lain dengan pelaksanaan PEER TUTOR plus Strategy dalam pembelajaran Matematika  adanya peningkatan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. Memperhatikan hasil penilaian kinerja guru pada Tabel 1. dan Grafik 1. yang dilakukan oleh guru mitra menunjukkan tingkat kinerja yang cukup meyakinkan, Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari rekan guru. Bebrapa guru memanfaatkan tutor yang ditunjuk dan kelompok yang ada untuk pada KBM yang daialkasankannya.
      Tingkat kreatifitas guru diukur melalui aspek penilaian  bersikap kreatif,  terbuka, dan mengembangkan sikap positif juga menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuan. Kreativitas diartikan sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (inovatif, segar, menarik), berguna (lebih praktis, mempermudah, mengurangi hambatan), mendatangkan hasil yang lebih baik (Hujana, 1986)
      Berdasarkan data hasil pembelajaran dan  komentar siswa,serta penilaian kinerja guru dapat dinyatakan hal-hal berikut:
(1)   Siswa mengharapkan untuk lebih meningkatkan pelkasanaan PEER TUTOR  plus Strategy karena mereka sangat merasakanm manfaatnya.  
(2)   Siswa berharap PEER TUTOR plus strategy dapat dilaksanakan pada pelajaran lain..
(3)   Melalui kegiatan diskusi kelompok,guru mampu memotivasi dan meningkatkan peran aktif siswa dalam KBM
(4)   Melalui pemanfaatan tutor untuk membimbing temannya siswa belajar meningktakan ketrampilan komunikasi antar teman.
(5)   Melalui kegiatan pertemuan antar tutor guru memperoleh informasi perkembanagan sikap posistif dan pretasi belajar dari teman-teman tutor yang dibimbingnya.









































BAB V
PENUTUP


5.1 Simpulan
     Berdasarkan deskripsi data, analisa data, dan hasil penelitian  maka dapat disimpulkan hal-hal bertikut :
1.      Sekurang-kurangnya 75% siswa kelas 9 A SMP Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009  aktif dalam mengikuti kegitan belajar mengajar di kelas.
2.      PEER TUTOR plus  Strategy dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, pada siswa kelas  9 SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten Banyumas.
PEER TUTOR plus  Strategy, dapat dikembangkan menjadi fase-fase pembelajaran dengan tahapan-tahapan pembelajaran, (1) Pengelompokan siswa, (2) Pendampingan oleh tutor, (3) Penugasan oleh guru (4) Diskusi kelompok , (5) Pengamatan dan inventarisasi masalah individual oleh  tutor, dan (6) Pos tes .

5.2  Implikasi/Relomendasi
     PEER TUTOR plus  Strategy dapat menjadi alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan partispasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.


5.3  Saran
       Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru hendaknya dapat menciptakan situasi komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan guru.Dalam kelas hendaknya dibentuk komunitas-komunitas yang dapat membangun komunikasi yang membantu siswa dalam memahami materi-materi pelajaran yang diajarkan guru.
            Perlu ditumbuhkan sikap kepedulian pada siswa terutam siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata terhadap siswa yang mempunyai kenmampuan di bawahnya.Dengan demikian akan tercipta situasi kelas yang saling peduli antar siswa.













DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar ( 2003 ), Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA : Bandung : Sinar Baru Algesindo
Aswan Zain, Syaiful Bahri Djamarah ( 2006 ) ,Strategi Belajar Mengajar : Jakarta : Rineka Cipta
Mulyasa (2008), Menjadi Guru Profesional  Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya:
Tim Widyaiswara LPMP Jateng ( 2008) , Lesson Study: Semarang : LPMP Jateng
Johnson, Elaine B ( 2007), Contextual Teaching & Leraning : Bandung : Penerbit MLC
Rohani, Ahmad ( 2004 ),  Pengelolaan Pengajaran: Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Depdiknas (2006). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta
Gafur, Abdul (2003). Mencoba Menerapkan Pembelajaran Kontekstual. Makalah. Buletin Pusat Perbukuan Vol 09. Tahun 2003: Depdiknas
Ibrahim, Muslimin (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Penerbit Unesa University Press
Sudijono, A. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kemmis, Stephen & Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner, Victoria: Deakin University Press.
AR, Kristono (2002). Peningkatan Profesionalisme Guru untuk Memasuki Abad pengetahuan. Jurnal Pendidikan Genteng Kali Vol no.4 dan 5: P2MSLTP Dinas Pendidikan dan Kebudayan Jawa Timur.
Nazir, Mohammad (1988). Metodologi Penenlitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Priyono, Andreas. (2001) Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: FPMIPA Univ. Negeri Semarang
Prof. Wahyudin (2008) ,Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran,Jakarta: CV.Ipa Abong







1 comment:

  1. Mohon maaf bagi para pengunjung yang akan Mengcopy-paste contoh laporan ini. Karena ada beberapa bagian terutama tabel dan grafik yang tidak dapat dipostingkan.Harap Maklum.

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.