LAPORAN AKHIR PENELITIAN
MENINGKATKAN PARTISIPASI
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN PEER TUTOR plus Strategy PADA SISWA KELAS
IX SMP NEGERI 2 BATURRADEN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
|
Oleh :
AGUS SUWARNO, S. Pd
NIP. 19700823 199412 1 001
Guru Matematika
SMP Negeri 2 Baturraden
DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS
SMP
NEGERI 2 BATURRADEN
PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Budaya belajar pada siswa SMP
Negeri 2 Baturraden khususnya siswa kelas IX tergolong rendah. Hal ini dapat
disimpulkan dari diskusi-diskusi kecil para guru pada saat jam istirahat. Para
guru rata-rata mengeluhkan rendahnya kesadaran siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas-tugas
mandiri.Pada saat kegiatan belajar di
kelas sebagian besar siswa cenderung pasif. Hal ini juga terjadi pada kegiatan
belajar mengajar matematika. Akibat dari kondisi ini rata-rata prestasi belajar siswa menjadi
rendah.
Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya
pada siswa kelas IX berakibat pada hasil Ujian Nasional yang kurang memuaskan,
bahkan tingkat kelulusan kelulusan tiga
tahun terakhir kurang dari 90%. Dari hasil Ujian Nasional dapat diketahui
terdapat kesenjangan antara siswa yang bernilai rendah dan yang bernilai
tinggi. Hal ini menununjukkan adanya ketidak merataan pemahaman materi
pelajaran pada siswa.Pada siswa yang aktif relatif mendapat nilai yang tingi
sedang pada siswa yang pasif rata-rata nilainya rendah.
Hasil Ujian Nasional Siswa SMP Negeri 2 Baturraden
Dari Tahun Pelajaran 2005/2006 s.d 2007/2008
Tahun Pelajaran
|
Mata Pelajaran
|
Rata-rata
|
%Kelulusan
|
|||
B.Indonesia
|
B. Inggris
|
Matematika
|
I P A
|
|||
2005 / 2006
|
7,65
|
5,47
|
5,44
|
_
|
6.19
|
60,98
|
2006 / 2007
|
7,58
|
5,31
|
5,71
|
–
|
6.20
|
83,25
|
2007 / 2008
|
7,14
|
5,05
|
5,33
|
5,71
|
5.81
|
83,00
|
Jika dilihat pada tabel di atas rata-
rata nilai matematika masih di bawah 6. Bahkan siswa yang tidak lulus rata-rata
dikarenakan nilai mata pelajaran matematika masih di bawah nilai standar
kelulusan. Sebenarnya materi uji matematka pada UN tahun 2007 dan 2008 lebih
simpel karena mengacu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), dimana
pada kurikulum KTSP muatan materinya lebih ringkas dibanding kurikulum 1994 .
Adapun
bentuk perilaku pasif yang sering ditunjukkan siswa pada saat KBM diantaranya
adalah, kurang berani bertanya, takut menjawab pertanyaan yang diberikan guru,
lebih senang berdiam diri daripada
memberikan pendapatnya , bahkan berbicara atau bercanda dengan teman sebangku.
Berangkat dari kondisi tersebut tersebut muncul gagasan sebuah strategi
pembelajaran yang diharapkan dapat meminimalisasi permasalahan di atas.
.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah utama yang mendesak untuk diselesaikan adalah mebangun kesadaran belajar
dan sikap aktif yang dimiliki siswa kelas 9
SMP Negeri 2 Baturraden dalam kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepad siswa diperoleh informasi hanya
sekitar 45% siswa yang mempunyai sikap aktif dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Berdasarkan
analisis penyebab terjadinya masalah
(probable causes) dengan
menggunakan, brainstorming dengan
guru sejawat, dan pengalaman peneliti sebagai guru matematika, penyebab yang paling mungkin munculnya masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Masalah yang bersumber dari guru :
1. Selama proses pembelajaran matematika berlangsung, guru masih dominan menggunakan
metode ceramah. Sehingga keaktifan siswa menjadi rendah.
2. Guru jarang menggunkan model pembelajaran
kooperatif atau belajar berkelompok.
3. Guru beranggapan pembelajaran kooperatif akan
memakan waktu dan tenaga sehingga ketuntasan materi dikhawatirkan tidak
tercapai.
4. Guru yang menggunakan model pembelajaran
koopertif sering bersifat kompetitif sehinga siswa yang berprestasi rendah
semakin tersingkir.
b. Masalah yang bersumber dari siswa :
1. Sebagian besar siswa masih beranggapan
guru sebagai orang yang harus ditakuti bukan orang yang harus didekati.
2. Siswa tidak berani bertanya kepada guru
karena takut dianggap bodoh oleh teman-temannya.
3. Kurang berani mengeluarkan pendapatnya
karena takut salah.
4. Siswa yang pandai cenderung enggan untuk
membantu teman yang masih belum paham materi yang diajarkan guru
5. Siswa yang pandai lebih senang mengelompok dengan teman-teman yang
prestasinya setara.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Sekurang-kurangnya
45% siswa kelas 9 A SMP Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009 kurang
berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk
menyelesaikan masalah dia atas perlu
dilihat dari penyebab utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu
meminimalisasi permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu
menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Strategi yang juga mendororng siswa yang pandai untuk peduli kepada
temannya, sehinga terjadi prosese
belajar yang bersifat kolaboratif.
Dalam
prosese belajar mengajar tampaknya perlu memberikan tanggung jawab kepada siswa
yang pandai untuk membantu guru dalam
membimbing temannya yang mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran
matematika. Hal ini dirasa perlu dilakukan dikarenakan masih banyaknya siswa
kurang terbuka menyatakan kesulitan yang dialami kepada guru. Permasalahan ini bisa disebabkan karena faktor malu, takut
atau kesuliatn secara verbal berkomunikasi dengan guru. Biasanya siswa dengan
kesulitan semacam ini akan lebih mengkomunikasikan kesulitannya kepada teman
sebayanya.
Salah
satu strtegi pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi permaslahan di atas
adalah strategi pembelajarn tutor sebaya atau peer tutor.Dalam
penggunaan strategi tersebut penulis mengembangkan menjadi peer tutor plus Strategy. Dalam strategi ini siswa yang berperan sebagai tutor diberi peran layaknya seorang guru, yang tidak hanya membimbing siswa yang
mempunyai kemampuan di bawahnya juga melakukan pengamatan perkembangan hasil
belajar temannya yangs selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada guru. Siswa
sebagai tutor menginventarisasi perkembangan siswa baik yang berupa nilai
tugas, ulangan maupun sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.Dari
hasil laporan inilah yang akan digunakan oleh guru untuk melakukan tindak
lanjut kegiatan belajar ,mengajar berikutnya.. Dengan strategi ini
diharapkan tidak hanya keaktifan siswa yang meningkat juga penilian autentik
juga dapat terlaksana. .
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian
Meningkatkan
kualitas pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2 Baturrdaen ditunjukkan dengan
meningkatnya prosentase siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar diikuti dengan meningkatnya prestasi
belajar siswa.
Tujuan khusus penelitian
Pada
akhir siklus pada semester genap tahun 2008/2009 siswa kelas 9 SMP Negeri 2
Baturraden yang berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar matematika meningkat secara signifikan , diikuti dengan
peningkatan prestasi belajar berupa peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas ini telah memberi manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya :
Bagi peserta didik
1.
Tumbuhnya
kesadaran siswa untuk selalu brepartispasi
aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar,
2.
Siswa merasa senang dengan pembelajaran matematika karena tidak merasa canggung untuk
bertanya, meminta penjelasan berkaitan dengan kesulitan belajar yang dialaminya
,
3.
Dapat melatih kepedulian siswa yang
prestasi matematikanya di atas rata-rata kepada siswa yang pretasinya masih
rendah, sehingga dapat meminimalisasi egoisme siswa.
Bagi guru
Strategi belajar ini dapat menjadi
alternatif bagi guru yang mempunyai permaslahan siswa dengan keaktifan dan
prestasi belajar yang relatif rendah .
Bagi sekolah
Memberikan
sumbangan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 2 Baturraden, Kabupaten
Banyumas.
Bagi masyarakat
Karena
siswa siswa dibiasakan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan
selalu didorong untuk peduli kepada teman, maka sifat dan perilaku tersebut diharapkan
akan terbawa dalam kehidupan bermasyara
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
Peer – Tutor ( Tutor Sebaya )
Kelompok
sebaya merupakan wadah yang sangat penting bagi terselesaikannya tugas-tugas
perkembanganyang dihadapi para siswa. Di sinilah peran-perannya menurut jenis
kelamin masing-masing. Mereka belajar berkooperasi, berkompetisi, belajar
ketrampilan-ketrampilan sosial, belajar tentang nilai-nilai, hidup bergotong royong
dalam kehidupan bersama menuju tujuan-tiujuan bersama-sama. ( Oemar Hamalik,2003).
Dalam
kegiatan belajar di kelas sering guru merasa kesulitan untuk menanganai siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dimungkin rata-rata kelas yang ada
adalah kelas gemuk yaitu kelas dengan jumlah siswa rata-rata dia atas 35 siswa.
Untuk mensiasati kondisi tesebut guru dapat meminta bantuan kepad siswa yang semsetinya
memperoleh program pengayaan untuk menjadi Peer – Tutor atau Tutor
sebaya. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006) ada beberapa manfaat dari kegiatan Tutoring
ini, yaitu :
- Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunya perasaan takut atau emnggan kepada guru.
- Bagi Tutor, perkerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghapalkannya lagi.
- Bagi Tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.
- Mempererat hubungan anatara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
Pendekatan Kolaboratif
Pada kegiatan pembelajaran
saat ini berkembang pendekatan pembelajaran kooperatif yang bersifat kompetitif.
Dimana dalam pembelajaran tersebut tiap kelompok didorong untuk saling mengungguli
satu dengan yang lain.. Akibat dari pendekatan ini tidak jarang terjadi kesenjangan
kemampuan yang diperoleh tiap-tiap kelompok pada saaat kegiatan pembelajaran. Kelompok
yang unggul cenderung tidak mau berbagi pnegetahuan terhadap kelompok yang
lain. Kelompok yang unggul menganggap kelompok lain sebagi pesaing. Akibatnya
kelompok yamng mempunyai kemampuan rendah sulit untuk mengikuti kemampiuan
kelompok yang unggul. Lebih lanjut dari
kondisi tersebut adalah kelompok
dengan kemampuan rendah selalu tertingga; dan frustasi. Hal lain yang mungkin terjadi adalah guru cenderung memperhatikan kleompok
siswa yang memiliki kemampuan yang baik.
Untuk
menghindari kondisi dia atas perlu
dilakukan pendekatan yang tidak hanya menekankan pada persaingan. Suatu
pendekatan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa yang saling
bekerja sama dalam pencapaian penguasaan materi pelajara. Dimana terjadi siswa atau
kelompok yang sudah menguasai
materi pelajaran mengajar kepada siswa
yang belum menguasai. Pendekatan kerja sama ini sering disebut dengan Pendekatan
Kolaboratif.
Menurut
Tim Widiaiswara LPMP Jateng ( 2008 ) dalam pendekatan Kolaboratof dimungkinkan
terjadi saling belajar membelajarkan antar
siswa sehingga pencapain belajar
siswa relatif sama.
Kerja
sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya dan cara pandang
yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan
diri, belajar menghargai orang lain, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan
membangun persetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok
kecilakan mampu mengatasi berbagi rintangan, bertindak mandiri dan dengan penuh
tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang
lain, mengeluarkan pendapat dan
mengambil keputusan. ( Elaine B.
Johnson, 2007 )
Pembelajaran Matematika
Refleksi dan komunikasi adalah proses yang saling
terjalin dalam belajar matematika. Dengan perencanaan dan dan perhatian yang
eksplisit oleh para guru ,komunikasi untuk tujuan-tujuan refleksi bisa menjadi
suatu bagian yang alamiah dari belajar matematika.Para siswa yang masih
anak-anak dapat diminta untuk ”berpikir dengan
keras” , dan pertanyaan –pertanyaan cermat yang diajukan oleh guru atau
teman sekelas bisa memancing mereka untuk meninjau kembali penalaran mereka.
Dengan pengalaman , para siswa akan memperoleh pengalaman dalam mengatur dan
menacatat pemikiran mereka.(Prof. Wahyudin, 2008)
2.2 Kerangka Berpikir
Untuk
medukung terwujudnya komunikasi anatar siswa yang dapat membangun pemahaman
dalam pembelajaran matematika, guru membentuk situasi kelas yang mendukung
terbentuknya komunitas diamaa dalam komunitas tersebut para siswa akan merasa
bebas mengekspresikan gagasan-gagasan mereka.Dalam komunitas tersebut siswa dapat
saling berbagi gagasan –gagasan matematis dalam cara-cara yang cukup jelas
dimengerti dalam kominitas siswa tersebut.
Di
tingkat SMP siswa cenderung tidak mau
menonjolkan diri dalam kelompoknya, bahkan ada siswa yang cenderung menarik
diri dalam kelompoknya. Untuk itu guru mempunyai peran yang sangat penting
dalam penciptaan komunitas kelas yang mampu merangsang adanya komunikasi antar
siswa. Perlu pembentukan kelompok komunitas yang bersifat heterogen khususnya pada kemampuan akademik . Melalui kelompok tersebut
diharapkan mampu memecahkan kebuntuan komunikasi yang terjadi antara siswa
dengan siswa maupun siswa dan guru.
Empat pilar pendidikan sejagat yang dicanangkan oleh UNESCO dan
menopang imperatif pendidikan bagi semua (education
for all) adalah learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live
together. Paradigma dan
orientasi yang demikian dipandang menuntut
wawasan dan cara pandang baru dalam mengelola proses pembelajaran.
Sejalan
dengan pemikiran di atas, cara pandang pembelajaran tradisional yang
mengedepankan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan
isi harus berubah menjadi siswa mampu memahami, dan mengaplikasikan ide dan
proses yang lebih kompleks. Pebelajar tradisional bekerja sendiri, berkompetisi
satu dengan lainnya, hanya menerima informasi dari guru harus berubah menjadi pebelajar
yang bekerja dalam kelompok, berkolaborasi dengan lainnya. Pebelajar
mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesa informasi pada pebelajar
modern ( Kistono, 2002), sehingga strategi pembelajaran yang disarankan adalah
pembelajaran yang memberi ruang bagi pebelajar untuk mengaplikasikan
gagasan-gagasannya sendiri, memperoleh pengalaman langsung melalui
kegiatan-kegiatan explorasi, discovery,
inventory, investigasi, (Gafur,
2003).
Pemikiran
senada adalah teori baru dalam psikologi pendidikan di antaranya teori
pembelajaran konstruktivisme (constructivist
theories of learning). Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan,
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, dan guru dapat memberi
kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan
membimbing siswa menjadi sadar dan secara sadar pula menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar (Wartono dkk, 2004). Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuannya, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Peer Tutor
Plus Strategy
Berdasarkan
uraian di atas, untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini diperlukan strategi
pembelajaran yang mampu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah.Perlu dibentuk komunitas atau kelompok-kelompok
dalam kelas yang dapat merangsang komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan
guru. Sehingga dapat saling membantu antar siswa dalam memahami konsep-konsep
dan masalah dalam belajar matematika.
Untuk menciptakan kondisi seperti di atas guru
membutuhkan bantuan siswa kelompok atas yang seharusnya mendapatkan pengayaan
untuk menjadi tutor bagi kelomponya yang biasa disebut dengan peer
tutor atau tutor sebaya.
Adapun dalam model pembelajaran ini tutor
selain bertugas membantu siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga diberi
tugas mengamati perkembangan kemampuan siswa baik secara kademik maupun secara
sikap diaman tutor melaporkan perkembangan temannya kepada guru secara berkala.
Oleh karena itu model pembelajaran ini disebut dengan strategi pmebelajaran Peer
Tutor plus..
Implementasi PEER TUTOR Plus Strategy
PEER
TUTOR Plus Strategy adalah strategi pembelajaran yang memanfaatkan siswa
yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata di kelasnya sebagi tutor teman
sebaya dalam kelompoknya dan juga melaporkan perkembangan belajar teman-teman
dalam kelompoknya secara berkala kepada guru,
. Adapun langkah-langkah strategi pembelajarn Peer
Tutor plus adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Kelompok
Dibentuk kelompok heterogen baik dalam kemampuan
akademis maupun jenis kelamin.Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dalam
berinteraksi seacar social tanpa mebeda-bedakan kemampuan dan jenis kelamin
sehingga mempunyai sikap terbukap dan toleran keopada sesame.
2. Pendampingan oleh Tutor
Bekerja dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan soal
atau masalah yang diberikan oleh guru. Siswa yang berperan sebagai tutor melakukan
pembimbingan kepad siswa yang kurang memahami penjelasan atau masialah yang diberikan oleh guru.. Bagi
tutor yang tidak dapat menjawab pertanyaan teman dalam kelompoknya dapat meminta
bantuan guru.
3. Penugasan
oleh guru
Guru memberi kan
tugas kelompok dari buku siswa atau Lembar Kerja Siswa. Tutor melakukan pembimbing kepada siswa yang
mengalami kesulitan.
4.
Diskusi Kelompok
Upaya untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat dari
pemecahan masalah atau soal yang telah diberikan. Disamping diskusi dalam
kelompok juga dilakukan diskusi antar kelompok agar hasil masing kelompok dapay
terkomunikasikan.Dalam hal ini guru melakukan pembimbingan seperlunya.
5. Pengamatan dan inventarisasi masalah
individu oleh tutor
Tutor melakukan pengamatan sikap teman
dalam kelompoknya dan perkembangan hasil belajarnya. Dalam hal ini yang perlu
diinventarisir oleh tutor masalah yang dihadapi tiap individu dalam
kelompoknya, untuk kemudian dilaporakan kepada guru baik secar lesan maupun
tertulis.
6. Pos
Tes
Diberikan tes secara individu, untuk
mengetahu sejauh mana perbedaan hasil dari nilai kelompok dan nilai indivdu . Disamping
itu juga untuk mengetahui sejauh mana perkembanagan prestasi belajar tiap-tiap
siswa
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan pada
penelitian ini adalah:” Peer tutor plus Strategy“ dapat
meningkatkan peran serta aktif dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan
belajar matematika,pada siswa kelas 9
SMP Negeri 2 Baturraden , Kabupaten Banyumas”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten Banyumas. SMP Negeri 2 Baturraden adalah salah satu sekolah
di Kabupaten Banyumas, berlokasi di jalan
Raya Kemutug Kidul, kecamatan Baturtraden, berjarak ± 7 km ke arah utara dari
kota Purwokerto, di kaki gunung Slamet.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2008/2009. Berlangsung pada bulan januari sampai dengan April 2009.
3.2 Metode dan Rancangan Penelitian
Metode
penelitian berhubungan dengan tata urutan penelitian ini akan dilakukan. Karena
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskripsi
yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Classroom Action Research dapat dikelompokkan dalam penelitian
dengan metode deskriptif sekaligus metode eksperimen.
Salah
satu ciri Classroom Action Research adalah
cyclic atau adanya langkah-langkah
yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2
siklus. Setiap siklus melalui fase-fase Planning
(Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi) (Kemmis dan Mc Taggart,
1992),
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Gambar 3. Siklus dalam Action Research (Kemmis dan Taggart)
3.3 Subjek Penelitian
Subjek
penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 9 A SMP Negeri 2 Baturrden pada semester genap Tahun Pelajaran 2008/2009. Kelas ini
tergolong kelompok siswa dengan prestasi sedang bahkan cenderung rendah, sebuah
kelas yang terdiri dari kombinasi antara
siswa dengan dengan prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi
belajar peringkat sepuluh besa, juga terdapat siswa yang aktif dalam organisasi
OSIS. Kondisi tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi
dan prestasi dalam kegiatan
pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. .
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan Data
Fokus
penelitian ini adalah partisipasi belajar siswa, kerjasama dan sikap peduli
siswa terhadap teman . Untuk memperoleh data-data tersebut digunakan beberapa
teknik dan alat pengumpul data di antaranya:
a. Teknik angket dan wawancara untuk data sikap
Untuk
mengetahui perkembangan proses dan atau pencapaian kompetensi sikap peduli siswa.
b. Teknik tes unjuk kerja (performance test)
Digunakan untuk mengukur
kinerja siswa di kelas , Penilaian ini mencakup hasil akhir serta proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa melakukan melakukan kegiatan belajar
yang bersifat kolaboratif.
c. Teknik pemberian tugas kelompok
Untuk mengukur aktifitas
kelompok terhadap tugas yang diberikan, dan kepedulian tutor terhadap teman
yang mengalami kesulitan belajar.
d. Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati
kemampuan guru dalam mengelola kelas pembelajaran
e. Learning
Logs siswa
Untuk mengetahui, perasaan,
tanggapan, gagasan siswa yang sebenarnya tentang proses pembelajaran yang
dialaminya.
Alat Pengumpul data
Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan
teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut
:
a. Quesioner
b. Panduan wawancara
c. Rubrik unjuk kerja
d. Lembar Observasi
e. Rubrik tugas
f. Jurnal peneliti
g. Catatan siswa
Pengumpulan
data dilaksanakan secara bertahap. Data sikap partisipasi dan prestasi diambil
pada saat pra siklus untuk memperoleh data awal sebelum treatment pembelajaran dilakukan dan diambil pada akhir sikulus.
Data kemampuan pemecahan masalah siswa, Data kemampuan pengelolaan kelas guru
diambil pada setiap fase acting pada
siklus. Learning log siswa digunakan pada
tahap refleksi setiap siklus dalam rangka Data Triangulation dan Source
Triangulation.
3.5 Validasi Data
Validasi
dan reabilitas instrumen/data digunakan practically
validity/reability, artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan
bahwa istrumen layak digunakan maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan
valid dan reliabel. Untuk meningkatkan
validasi akan digunakan pula strategi
berikut, yakni:
1. Face
validity, Setiap anggota
saling menilai/memutuskan validitas suatu instrument/data dalam proses
kolaborasi.
2.
Triangulation, Menggunakan berbagai sumber data untuk
meningkatkan kualitas penilaian. Perhatikan Gambar 4. Skematik Triangulation
· Peningkatan peran siswa
· Peningkatan kinerja guru
· Perubahan suasana kelas
|
Kolaborator
|
Siswa
|
Guru
|
·
Learning logs
·
Wawancara
·
Angket
|
· Kinerja guru
|
· Jurnal guru
·
Lem
Observasi
|
Gambar 4. Skematik
Triangulation
3.6 Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih,
memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Sejalan pula dengan Tripp dalam Priyono (2001) menyatakan analisis
data merupakan proses mengurai sesuatu ke dalam bagian-bagiannya.
Langkah-langkah analisis data dalam
penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data, (2). Melihat pola-pola, dan (3)
membuat interpretasi.
Penelitian
ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran Matematika SMPN 2 Baturraden ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa
yang yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika dan prestasi belajar siswa.
Untuk
memastikan adanya perubahan berupa
peningkatan peran aktif siswa, peningkatan kinerja guru, dan perubahan
sauasana kelas, maka perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, dengan
menggunakan beberapa teknik triangulasi, yakni :
3. Theoritical
triangulation,
menggunakan berbagai teori dalam menelaah setiap perubahan
4. Data
triangulation, mengambil
data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat
5.
Source triangulation, mengambil data
dari berbagai nara
sumber
6.
Instrumental triangulation, menggunakan berbagai macam
alat/instrumen seperti telah disampaikan pada teknik pengumpulan data
3.7 Indikator Kinerja
Penelitian
ini dianggap berhasil jika telah memenuhi indikator kinerja berikut:
1. Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran
aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas.
2. Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat
nilai ulangan di atas krteria ketuntasan
minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
3. Sekurang-kurangnya 75% tutor aktif memberi
bimbingan kepada teman dalam kelompoknya.
3.8 Prosedur Penelitian
Sesuai
dengan rancangan penelitian maka prosedur penelitian ini melalui 2 siklus,
sebagaimana dijelaskan berikut ini :
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan
ini menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Peer Tutor plus Strategy, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peer Tutor plus Strategy
dan Sistem Penilaian Peer Tutor plus Strategy.
Persiapan lain adalah pembuatan alat pengumpulan data
meliputi: Quesioner, Lembar kerja Siswa dan rubrik, Lembar Observasi, seperti
pada lampiran.
2. Tahap Pelakasanaan (Acting)
Pada siklus I, dilakukan pembelajaran dengan Peer
Tutor plus Strategy yaitu:
a. Pengelompokan siswa
b. Pendampingan oleh tutor
c. Penigasan oleh guru
d. Diskusi Kelompok
e. Pengamatan dan inventarisasi maslah individu
oleh tutor
f. Pos tes.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra
sebagai observer. Fokus pengamatan adalah aktifitas siswa dan guru serta
interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data
berupa rubrik kinerja ilmiah, lembar observasi proses pembelajaran untuk
melihat urutan kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk
menjamin validasi data dengan teknik
triangulasi.
4. Tahap Refleksi (reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam setelah fase Acting dan Observing untuk menjamin akurasi dan kesegaran data. Kegiatan yang
dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan menyimpulkan
data temuan. Hasil refleksi pada siklus I menjadi bahan untuk memperbaiki
kinerja pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Tahap
Perencanaan (Planning)
Merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Merencanakan
perbaikan kinerja pada siklus II. Membuat persiapan pembelajaran meliputi
Silabus, RPP, Sistem Penilaian dengan Peer
Tutor plus Strategy.
2. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada
siklus II, pembelajaran dilakukann dengan Peer
Tutor plus Strategy..
3. Tahap
Pengamatan (Observing)
Kegiatan
pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra. Fokus pengamatan
masih tetap yakni aktifitas siswa, guru dan interaksinya. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan semua alat pengumpulan data
dan untuk melihat urutan
kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk menjamin
trianggulasi data serta validasi data.
4. Tahap
Refleksi ( Reflecting )
Secara
umum kegitan tahap ini sama dengan kegiatan refleksi pada siklus I. Kegiatan
yang dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan
menyimpulkan langkah berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Siklus I
Tahap Perencanaan (Planning)
Kegiatan
tahap perencanaan menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Peer tutor Strategy,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peer
tutor Strategy dan Sistem Penilaian, termasuk pembuatan alat pengumpulan
data meliputi: Quesioner untuk sikap, Lembar kerja Siswa dan rubrik untuk
pemecahan masalah. Mendaftar siswa yang akan dijadikan tutor dan pembentukan
kelompok yang akan menjadi bimbingan dan pengamatan tutor.
Tahap Pelaksanaan (Acting)
Kegiatan
pembelajaran pada siklus I adalah pembelajaran penyelesaian soal-soal prediksi
UN, dibuka dengan ucapan salam dan guru menyampaikan topik materi pembelajaran
hari ini tentang salah satu standar kompetensi lulusan.Siswa diminta
mengelompok sesuai degan kelompok yang telah disusun bersama. Tutor melakukan
pendampingan kepada masing-masing kelompoksesuai tangung jawab yang telah ditentukan.
Rangkaian pembelajaran dengan menggunakan
Peer Tutor strategy, dengan
fase-fase pembelajaran sebagai berikut; (1) Pengelompokan
siswa, (2) Pendampingan oleh tutor,
(3) Penugasan oleh guru (4) Diskusi kelompok , (5) Pengamatan dan inventarisasi masalah
individual oleh tutor, dan (6) Pos tes .
Pada Fase Pengelompokkan siswa setelah guru menyampaiakn apersepsi dan
motivasi terkait materi UN yang diberikan siswa diminta untu menuju kelompok
masing-masing sesuai dengan yang telah dibentuk sbelumnya. Masing kelompok
diberikan materi UN sesuai dengan Materi yang dijadwalkan.
Fase Pendampingan oleh Tutor, tutor melakukan
pembimbingan kepada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan tentang
materi yang dijelaskan guru. Jika tutor mengalami kesulitan saat menjelaskan
kepada teman tutor minta bantuan dari guru.
Fase
pembelajaran selanjutnya adalah Fase Penugasan
oleh guru, pada fase ini guru
memberi tugas secara kelompok.Tutor memberikan bantuan seperlunya kepada siswa
yang mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas.
Selanjutnya fase Diskusi Kelompok, Kelompok siswa
mendiskusikan tugas yang diberikan guru. Hasil pembahsan kelompok kemudian
didiskusikan antar kelompok.Tiap kelompok secara bergantian di depan kelas menyampaikan
hasil diskusinya. Untuk siswa yang maju ke deoan adalah bukan tutor.. Kelompok
lain diminta untuk memperhatikan dan memberi koreksi dari hasil diskusi
kelompok lain.
Fase Pengamatan dan Inventarisasasi masalah
individu oleh tutor.Pada fase ini tutor mengamati keaktifan anggota
kelompoknya dan juga materi yang masih menjadi kendala masing –masing
anggotanya.Hasil pengamatan tadi menjadi bahan laporan kepada guru..
Fase
terakhir pembelajaran adalah Fase Pos Tes.Dalam fase ini siswa diberikan tes
secara perorangan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar
secara kelompok dan secara perorangan. Di samping itu dengan tes ini dapat
diketahui siswa mana yang sudah mencapai ketuntasan dan yang belum mencapai
ketuntasan.
Tahap Observasi ( Observing)
Sesuai
dengan prosedur penelitian yang telah direncanakan, Kegiatan pengamatan
dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra sebagai observer. Fokus
pengamatan adalah aktifitas siswa dan guru serta interaksinya. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan lembar Observasi Pembelajaran , Lembar Kerja Siswa (LKS)
Pemecahan Masalah oleh guru, jurnal guru dan learning logs.
Untuk
memantau tingkat kemampuan dan tingkat kreatifitas dan kinerja guru dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan Peer
Tutor plus Strategy maka digunakan alat penilaian kemampuan guru berupa lembar penilaian proses pembelajaran
di kelas yang dipantau oleh seorang kolaborator, Selain kolaborator mengamati
kemampuan esensial yang harus dikuasai oleh guru, hal lain yang dinilai adalah
kemampuan khusus guru dalam mengembangkan strategi pembelajarannya. Sedangkan
untuk menangkap data interaksi guru-siswa serta suana pembelajaran digunakan
lembar observasi.
Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi
dilakukan setelah tahap pengamatan berlangsung, dilakukan secara bersama antara
peneliti dan kolaborator dengan melibatkan data-data hasil pengamatan. Dengan
memperhatikan data sikap, hasil lembar kerja siswa, dan jurnal guru, ada
beberapa hal yang terjadi dan perlu dipertimbangkan untuk perbaikan proses
pembelajaran pada siklus berikutnya,
yakni :
- Ada antusiasme dari siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
- Terdapat interaksi aktif antar siswa dan siswa dengan guru.
- Perlu segera adanya peran aktif tutor dalam pembimbingan terhadap teman dalam kelompoknya.
Kondisi
di atas menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah pada siklus
berikutnya.
Refleksi
dilakukan juga antar guru dan tutor, pada saat pertemuan tutor. Dalam tahapan
ini tutor melaporkan perkembangan belajar teman yang menjadi bimbingannya
.Dalam pertemuan ini muncul beberapa keluhan dari para tutor , diantaranya :
ü
Ada
teman yang sulit diarahkan saat kerja kelompok.
ü
Beberapa
siswa sering mengganggu teman sekelompok.
ü
Teman yang
dibimbing sering lambat dalam menerima penjelasan tutor.
ü
Tutor
merasa kurang bisa konsentrasi saat belajar berkelompok karena kelompoknya
sering ramai sendiri.
ü
Tutor
merasa belum mampu membimbing temannya.
ü
Ada
tutor yang ingin mengundurkan diri karena merasa tidak sanggup mengatur teman
yang dibimbingnya.
Dari komentar di atas guru kemudian memberikan
arahan agar para tutor tetap bersabar
dalam membimbing temannya. Disamping itu diberi motivasi bahwa menularkan ilmu
merupakan bentuk ibadah, ilmu yang diberikan tidak akaan berkurang sebaliknya
akan makin bertambah.Para tutor bersedia berusaha untuk membantu temannya
dengan sungguh-sungguh.
Siklus II
Tahap Perencanaan (Planning)
Berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I, bahwa agar siswa benar-benar aktif dalam kegiatan
belajar mengajar dan tutor aktif melakukan pembimbingan terhadap teman dalam
kelompoknya maka dijelaskan ulang aturan main dari Peer Tutor plus strategy
ini. Dalam pertemuan antar tutor guru menekankan kembali akan tugas tutor dalam
pembimbingan temannya. Dalam pertemuan tersebut tutor melaporkan perkembangan
keaktifan dan kesulitan yang dialami teman yang dibimbingnya.
. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah menyiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta
Sistem penilaian ,lembar Obserbvasi Pembelajaran, serta alat dan bahan untuk
kegiatan pembelajaran.
Tahap Pelaksanaan (Acting)
Kegiatan pembelajar observasi lapangan merupakan
kegiatan pembelajaran setelah kegiatan
pemecahan masalah di kelas pada siklus 1. Kegiatan ini dimulai dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, mengingatkan kembali materi
sebelumnya.
Pada kegiatan ini guru menerangkan materi yang
menjadi kendala sebagian besar siswa. Di samping itu guru menerangkan secara
individu terhadap siswa yang paling
banyak mengalami kesulitan.
Selanjutnya
siswa diminta mengerjakan paket soal yang ada dalam buku dikerjakan secara
kelompok. Tutor melakukan pembimbingan. Materi yang diberiakn adalah materi
yang sudah dibahas pada pertemuan tutor.
Siswa
tampak lebih aktif dalam mengerjakan soal yang dikerkan. Tutor juga semakin
bersemangat dalam pembimbingan. Terjadi diskusi aktif alam kelompok dan antar
kelompok. Guru mengarahkan diskusi agar berjalan secara efektif dan efisien.
Tahap Pengamatan (Observing)
Pengamatan
Kegiatan pembelajaran observasi di kelas , dengan memperhatikan data hasil
belajar siswa berupa hasil diskusi, Lembar Observasi Kinerja Guru dan Angket
sikap keaktifan siswa.Sebagian besar besar siswa aktif saat mengikuti kegiatan belajar di kelas khususnya pada
kegiatan diskusi kelompok. Tutor lebih aktif dalam memberikan pembimbingan
terhadap teman dlam kelompoknya.
Untuk
memantau tingkat kemampuan dan tingkat kreatifitas guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan Peer Tutor plus Strategy
maka digunakan alat penilaian kemampuan guru
berupa lembar penilaian proses pembelajaran di kelas. Selain menilai
kemampuan esensial yang harus dikuasai oleh guru, hal lain yang dinilai adalah
kemampuan khusus guru dalam mengembangkan kreatifitasnya. Hasil Observasi
Kinerja Guru selengkapnya disajikan dalam Tabel
berikut ini.
Tabel 1
Kinerja guru
No
|
Aspek yang dunilai
|
P 1
|
P 2
|
P 3
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Mengelola
ruang, waktu, fasilitas belajar
Menggunakan
strategi pembelajaran
Mengelola
interaksi kelas
Bersikap
kreatif. Terbuka, mengembangkan sikap positif
Mendemonstrasikan
kemampuan Peer Tutor plus Strategy
Melaksanakan
evaluasi proses dan hasil belajar
Kesan umum
pelaksanaan proses pembelajaran
|
80.7
90.0
85.0
70.0
80.0
80.0
85.0
|
86.7
90.0
90.0
75.0
90.0
75.0
85.0
|
80.0
90.0
90.0
80.0
95.0
75.0
90.0
|
Rerata
|
81.4
|
84.5
|
85.7
|
Keterangan
P 1 = Pertemuan 1 P 2 = Pertemuan 2 P 3 = Pertemuan 3
Tahap Refleksi (Reflecting)
Seperti pada Siklus I,
refleksi pada siklus ini dilakukan setelah tahap pengamatan berlangsung,
dilakukan secara bersama antara peneliti dan kolaborator dengan melibatkan
data-data hasil pengamatan. Dengan memperhatikan data sikap setelah akhir
siklus, hasil observasi di kelas , learning
logs siswa, jurnal guru, hasil wawancara siswa, dapat dinyatakan hal-hal
berikut:
- Ada antusiasme dari siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
- Terdapat interaksi aktif antar siswa dan siswa , siswa dengan guru
- Adanya peran aktif tutor dalam pembimbingan terhadap teman dalam kelompoknya.
Penggunaan Peer Tutor strategy dirasakan
manfaatnya terungkap dari beberapa komentar siswa dan tutor, diantaranya sebagi
berikut :
- ” memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang belum bisa dan dapat untuk bertukar pendapat dan pikiran ”
- ” Tutor dapat mengerti masalah yang yang dihadapi teman dan tutor juga menambah ilmu ”
- ” melalui tutor siswa dalam pembelajarn menjadi lebih mudah, jika mengalami kesulitan dapat langsung menanyakan kepada tutor ”
- ”menambah semangat belajar, siswa menjadi pandai bermusyawarah, lebih mudah memecahkan masalah”
- ”menambah persahabatan ”
- ” perlu ditingkatkan dan pada pelajaran yang lain ”
- ” menghilangkan rasa stres yang berlebihan ”
4.2 Pengujian Persayaratan Analisis
Sebelum melakukan analisis data hasil penelitian
maka untuk meningkatkan validasi data dilakukan dengan practical validity, artinya sepanjang peneliti dan kolaborator
memutuskan bahwa instrumen deinyatakan valid dan reliabel maka instrumen
tersebut dapat digunakan. Stategi yang digunakan untuk meningkatkan validasi adalah
face validity dan triangulation.
Sikap Positif Siswa dalam KBM
Data
sikap posistif dalam kegiatan belajar mengajar matematika diukur dengan
menggunakan quesioner berupa skala sikap, sebelum dan sesudah pembelajaran
berlangsung. Bedasarkan data hasil
angket, ada perubahan sikap yang lebih baik dalam mengikuti KBM. Learning logs adalah ungkapan perasaan
siswa ketika melakukan pembelajaran, berdasarkan learning logs siswa terungkap perasaan senang dan positif lainnya
melakukan kerja kelompok
Meningkatnya
kepedulian tutor terhadap teman dam kebersediaan teman terbimbing untuk
mendengarkan dan aktif mohon penjelasana merupakan bukti lain dari adanya
penongkatan sikap positif siswa.
Kerampilan Siswa berkomunikasi dan
memecahkan masalah
Data keterampilan berkomuikasi siswa dari lembar pengamatn sedang
peningkatan ketrampilanm memecahkan maslah dapat dioamati dari hasil prsetasi
belajar secara berkelompok dan perorangan.
Kinerja Guru
Kinerja guru diapantau oleh onserver dengan
menggunakan Lembar Observasi Proses Pembelajaran, berdasarkan data hasil
pengamatan kinerja guru meningkat secara meyakinkan dari siklus 1 ke siklus II
4.3 Pengujian Hipótesis
Berdasarkan
deskripsi data hasil penelitian maka
dapat dinyatakan :
- Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas.
- Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan di atas krteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
- Sekurang-kurangnya 75% tutor aktif memberi bimbingan kepada teman dalam kelompoknya.
Dengan demikian maka maka dapat dinyatakan : ”Peer Tutor plus trategy dapat
meningkatkan peran serta aktif dan prestasi
belajar siswa dalam kegiatan belajar matematika,pada siswa kelas 9A SMP Negeri 2 Baturraden , Kabupaten
Banyumas”.
4.4 Pembahasan
Selama proses pembelajaran
dengan menggunakan PEER TTTOR plus Strategy
dengan materi SKL UN, Berdasarkan catatan guru dan data-data lapangan
ditemukan hasil pembelajaran pada siswa sebagai berikut :
- Siswa merasa motivasi belajrnya lebih meningkat.
- Siswa merasa mempunyai kesempatan untuk salaing bekerja sama dan bertukar pikiran menegrjakan materi soal yang diberikan guru..
- Siswa yang mengalami kesuliatan pada saat belajar matematika menjadi berkurang.
- Siswa yang menjadi tutor lebih memahami kesulitan-kesulitan yang dialami teman-temannya.
- Bagi tutor merasa bertambah mengerti dengan menjelaskan materi kepada temannya.
- Menambah keakraban antar siswa sehinga mereka lebih bersifat terbuka dan toleran dengan sesama teman.
7.
Siswa
belajar menghargai dan mau mendengarkan pendapat orang lain.
Hal tersebut di atas dukung dari pengamatan yang disajikan dalam bentuk
tabel berikut :
Tabel 2.
Siakp Posistif
siswa dalam KBM
Domain
Afektif
|
Prosentase
sikap positif
|
||
Siklus
I
|
Siklus II
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Aktif dalam diskusi kelompok
Atif bertanya dan bertukar
pendapat dengan teman atau tuor
Serius mnegikuti penjelasan dari tutor
Saling terbuka dan menghormati pendapat teman
Menjaga ketertiban situasi kelas
|
50%
55%
52.5%
76%
84.1%
|
65%
65%
75%
84%
87.5%
|
TABEL SIKAP POSITIF SISWA
DALAM
KBM
|
Siklus I
Siklus II
|
Memperhatikan
data-data dan komentar yang berhasil dihimpun tampak terjadi peningkatan sikap positif siswa pada saat KBM berlangsung. Disamping itu
terjadi peningktan prestasi belajar dari siswa yang bisa dilihat banyaknya
siswa yang mencapi ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ada.
Pada saat berdiskusi siswa lebih bersifat
terbuka dan toleran terhadap pendapat temannya. Siswa saling menghormati antar
teman tanpa melihat perbedaan yang ada.
Pembelajaran
dengan PEER TUTOR plus Strategy, siswa dilatih untuk untuk melakukan
pemecahan masalah secara bersama-sama dengan tutor sebayanya.Mereka berdiskusi
dan bertukar pikiran untuk mendapatkan dapat memecahkan masalah yang diberikan
guru. Di sisn siswa belajar secara Trial Error. Belajar dari kesalahan yang dilakuakn untuk kemudian ada perbaikann
berasma-sama.
Bagi tutor tentunya merupakan
pengalaman yang berharga untuk mengetahui keasulitan-kesulitan yang dialami
teman sehingga tutor kan lebih memahami temannya. Dengan menjadi tutor
siswa diharapkan tidak egois mau berbagi
ilmu kepada temannya.Keuntungan yang lain tutor akan lebih meahami materi yang
deiberiakn oleh guru kartena dengan kembali menjelaskan kepada teman secara
tidak langsung tutor kan belajar ulang.
Ketrampilan yang lain yang semakin meningkat
adalah ketrampilan berkomunikasi para siswa, naik komunikasi antar siswa dengan
siswa juag antar siswa dengan guru.Denga PEER TUTOR plus strategy akan terbentuk komunitas-komunitas yang dapat menjadi wadah bagi siswa untuk
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Dalam kelompok yang terbentuk siswa
merasa tidak canggung untuk mengeluarkan pendapat, bertanya dan saling bertukar
pikiran
Dampak
lain dengan pelaksanaan PEER TUTOR plus Strategy dalam pembelajaran Matematika adanya peningkatan kinerja guru dalam kegiatan
pembelajaran. Memperhatikan hasil penilaian kinerja guru pada Tabel 1. dan
Grafik 1. yang dilakukan oleh guru mitra menunjukkan tingkat kinerja yang cukup
meyakinkan, Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari rekan guru. Bebrapa guru
memanfaatkan tutor yang ditunjuk dan kelompok yang ada untuk pada KBM yang
daialkasankannya.
Tingkat
kreatifitas guru diukur melalui aspek penilaian
bersikap kreatif, terbuka, dan
mengembangkan sikap positif juga menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuan.
Kreativitas diartikan sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya
baru (inovatif, segar, menarik), berguna (lebih praktis, mempermudah,
mengurangi hambatan), mendatangkan hasil yang lebih baik (Hujana, 1986)
Berdasarkan
data hasil pembelajaran dan komentar
siswa,serta penilaian kinerja guru dapat dinyatakan hal-hal berikut:
(1) Siswa mengharapkan untuk lebih
meningkatkan pelkasanaan PEER TUTOR plus Strategy karena mereka sangat
merasakanm manfaatnya.
(2) Siswa berharap PEER TUTOR plus strategy
dapat dilaksanakan pada pelajaran lain..
(3) Melalui kegiatan diskusi kelompok,guru
mampu memotivasi dan meningkatkan peran aktif siswa dalam KBM
(4) Melalui pemanfaatan tutor untuk membimbing
temannya siswa belajar meningktakan ketrampilan komunikasi antar teman.
(5)
Melalui
kegiatan pertemuan antar tutor guru memperoleh informasi perkembanagan sikap
posistif dan pretasi belajar dari teman-teman tutor yang dibimbingnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan deskripsi data, analisa data, dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal bertikut :
1. Sekurang-kurangnya 75% siswa kelas 9 A SMP
Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009 aktif dalam mengikuti kegitan belajar mengajar
di kelas.
2. PEER TUTOR plus Strategy dapat meningkatkan peran aktif
siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, pada siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten Banyumas.
PEER TUTOR plus Strategy, dapat dikembangkan menjadi
fase-fase pembelajaran dengan tahapan-tahapan pembelajaran, (1) Pengelompokan siswa, (2) Pendampingan oleh tutor, (3) Penugasan oleh guru (4) Diskusi kelompok , (5) Pengamatan dan inventarisasi masalah
individual oleh tutor, dan (6) Pos tes .
5.2 Implikasi/Relomendasi
PEER
TUTOR plus Strategy dapat menjadi alternatif strategi
pembelajaran untuk meningkatkan partispasi aktif siswa dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
5.3 Saran
Dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas guru hendaknya dapat menciptakan situasi
komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan guru.Dalam kelas hendaknya
dibentuk komunitas-komunitas yang dapat membangun komunikasi yang membantu
siswa dalam memahami materi-materi pelajaran yang diajarkan guru.
Perlu
ditumbuhkan sikap kepedulian pada siswa terutam siswa yang mempunyai kemampuan
di atas rata-rata terhadap siswa yang mempunyai kenmampuan di bawahnya.Dengan
demikian akan tercipta situasi kelas yang saling peduli antar siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar ( 2003 ),
Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA : Bandung : Sinar
Baru Algesindo
Aswan Zain, Syaiful Bahri
Djamarah ( 2006 ) ,Strategi Belajar Mengajar : Jakarta : Rineka Cipta
Mulyasa (2008), Menjadi Guru
Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya:
Tim Widyaiswara LPMP Jateng (
2008) , Lesson Study: Semarang : LPMP Jateng
Johnson, Elaine B ( 2007), Contextual Teaching &
Leraning : Bandung
: Penerbit MLC
Rohani, Ahmad ( 2004 ), Pengelolaan Pengajaran: Jakarta : PT Asdi
Mahasatya
Depdiknas
(2006). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta
Gafur,
Abdul (2003). Mencoba Menerapkan
Pembelajaran Kontekstual. Makalah. Buletin Pusat Perbukuan Vol 09. Tahun
2003: Depdiknas
Ibrahim,
Muslimin (2005). Asesmen Berkelanjutan.
Surabaya : Penerbit
Unesa University
Press
Sudijono,
A. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada
Kemmis, Stephen & Taggart,
Robin. (1992). The Action Research
Planner, Victoria: Deakin
University Press.
AR, Kristono (2002). Peningkatan Profesionalisme Guru untuk Memasuki Abad
pengetahuan. Jurnal Pendidikan Genteng Kali Vol no.4 dan 5: P2MSLTP Dinas
Pendidikan dan Kebudayan Jawa Timur.
Nazir,
Mohammad (1988). Metodologi Penenlitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Priyono,
Andreas. (2001) Teknik Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: FPMIPA Univ. Negeri Semarang
Prof.
Wahyudin (2008) ,Pembelajaran dan
Model-model Pembelajaran,Jakarta: CV.Ipa Abong
Mohon maaf bagi para pengunjung yang akan Mengcopy-paste contoh laporan ini. Karena ada beberapa bagian terutama tabel dan grafik yang tidak dapat dipostingkan.Harap Maklum.
ReplyDelete