Saturday 7 November 2009

DWIFUNGSI GURU

Guru adalah ujung tombak pendidikan. Pada seorang guru siswa menggantungkan sejuta harapan agar menjadi pribadi yang cerdas dan kepribadian yang luhur. Harapan besar disampirkan ke pundak guru oleh masyarakat berkaitan dengan peran guru membentuk karakter siswa.
Pada kenyataannya saat ini masih banyak guru yang mengedepankan pembelajaran dengan penekanan peningkatan aspek kognitif semata. Padahal saat ini tugas guru tidak hanya melakukan  transfer knowledge  tetapi juga  transfer value kepada siswa.Di sinilah tugas berat yang diemban oleh  guru yang dipandang sebagai figur yang mampu  membentuk karakter siswa yang cerdas dan berbudi luhur, meskipun hal ini sebenarnya tidak mutlak tugas guru.
Di Indonesia guru diposisikan sebagai orangtua kedua siswa setelah orang tua siswa dalam proses pendidikan. Di sinilah peran ganda  guru ,atau penulis sebut dengan dwifungsi guru. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pendidik.Guru dituntut tidak hanya terampil dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tetapi juga mampu menanamkan nilai- nilai luhur yang dapat membentengi siswa dari derasnya hantaman ombak pengikisan moral. Penjaga moral terdepan, itulah sebutan yang sering diberikan kepada guru.
Untuk mampu melaksanakan dwifungsi sebagaimana di atas, guru harus mengubah cara pandang yang keliru tentang pendidikan. Dalam hal ini siswa tidak lagi dilihat sebagi obyek pembelajaran semata. Siswa diposisikan sebagai subyek pembelajaran. Guru harus lebih terbuka terhadap segala masukan positif, meskipun dari siswa.Perlu dikembangkan pembelajaran yang lebih demokratis , di sini guru lebih berperan sebagai fasilitator.
Guru yang mampu melakukan perannya sebagi pengajar sekaligus pendidik diharapkan mampu mencetak generasi yang cerdas berwawasan luas dan berbudi pekerti luhur. Untuk sampai kompetensi tersebut seorang guru hendaknya menajadi pembelajar seumur hidup. Tiada kata  untuk berhenti meningkatkan kualitas diri. Melakukan eksplorasi guna menemukan pendekatan pembelajaran yang mampu mengkolaborasikan antara peningkatan aspek kognitif dan afektif siswa perlu terus menerus dilakukan.
Seseorang yang memilih   guru sebagi profesi hendaknya merupakan panggilan hati. Seorang guru dalam menjalankan tugas memerlukan keterlibatan emosional, karena yang dihadapi adalah anak manusia dengan sifat dan karakter yang beragam.Keterlibatan emosional dibutuhkan agar dalam menghadapi siswa khususnya siswa bermasalah lebih manusiawi dan mengedepankan sikap sebagai seorang pamong.
Pada saat ini permasalahan dalam dunia pendidikan semakin kompleks. Dengan adanya perkembangan teknologi kuantitas dan kualitas permaslahan siswa semkin meningkat. Kenakalan siswa tidkanya hanya sebatas ketidak patuhan atau ketidaksopanan tetapi meningkat pada penyalahgunaan teknolgi khususnya teknologi informasi, seperti pemnafaatan handphone untuk menyontek, penggunaan internet untuk membuka situs-situs terlarang atau berperan sebagai hacker. Di sini guru di samping perlu membekali diri dengan sifat kesabaran, ketulusan dan dedikasi juga diperlukan penguasaan teknologi agar tidak mudah terkecoh oleh kenakalan siswa.
Sekaranglah saat yang tepat untuk menunjukkan peningkatan kinerja guru. Dengan gencarnya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru perlu diimbangi dengan peningkatan kulitas pembelajaran di kelas. Sekali lagi dengan ketulusan hati guru dan kesungguhan dalam meningkatkan kulitas pembelajaran diharapkan guru mampu menjalankan tugas mulia yang disandangnya.

1 comment:

  1. trima kasih pak sudah berkunjung di http://adilahat.wordpress.com

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.