Monday 2 November 2009

GURU IDOLA ,YANG DITAKUTI ATAU DIDEKATI?

Menjadi seorang guru saat ini tidaklah mudah.Apalagi guru yang mengajar siswa dengan motivasi yang rendah. Untuk menjadikan siswa antusias saat mengikuti kegiatan belajar mengajar menjadi tantangan tersendiri.Perlu pendekatan-pendekatan tertentu untuk smapai pada suasana kelas yang kondusif untuk kegiatan belajar. Di sinilah seninya menjadi seorang guru. Seorang guru yang baik akan dapat mengorkestrasikan suasana kelas menjadi irama yang dinamis dan harmonis.
Hubungan antara siswa dan guru sangatlah penting. Hubungan guru dan murid yang harmonis berpengaruh terhadap penciptaan suasana kelas yang kondusif.Tidak sedikit guru merasa bangga  jika siswa takut terhadap yang bersangkuatan. Susasana kelas yang tenang diam tanpa suara dan gerakan siswa ,dianggap sebagai situasi yang ideal dalam kegiatan belajar. Tanpa disadari banyak siswa yang merasa tersiksa dengan kondisi tersebut.Kegiatan belajar di kelas didominasi oleh guru. Siswa  didera perasaan takut sepanjang jam pelajaran. Sementara bagi guru bersangkutan, situasi tersebut sebagai simbol kewibawaan yang dibangunnya dan kelas menjadi wilayah kekuasaannya.
Tampaknya gambaran guru seperti dia atas lambat laun akan segera punah seiring dengan perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Pola pembelajarn seperti di atas tampaknya sisa-sisa peninggalan jaman kolonial yang bersifat menindas, tidak terkecuali kepada siswa. Saat ini guru dituntut lebih demokratis. Guru tidak lagi menjadi pemilik otoritas kebenaran saat mengajar.Keterbukaan terhadap masukkan, sekalipun dari siswa, sangat dibutuhkan. Guru berpeluang membuat kekeliuran, dan harus siap dikritik. Guru juga manusia.
Sikap terbuka guru terhadap siapapun termasuk siswa akan meminimalisasi malpraktik guru dalam menjalankan tugasnya. Kekhawatiran guru terhadap menurunnya kewibawaan jika guru bersikap terbuka , sangatlah tidak beralasan.
Menjadi guru yang menyenangkan sekaligus tegas tidaklah mudah. Tidak jarang siswa menyalah artikan kedekatan dan keakraban guru sehingga mereka berlaku tidak sopan atau kurang menghargai guru sebagai orangtua. Pertemanan yang dijalin antara guru dan siswa bukanlah pertemanan teman sebaya,tetapi pertemanan yang disemangati dengan sikap saling menghormati dan meghargai dengan batas-batas yang tegas. Untuk itu bak menarik layang-layang perlu ketrampilan kapan benang ditarik atau diulur sehingga layang-layang melenggak lenggok dengan manisnya.
Seorang Guru tidak dapat mendeklarasikan bahwa dia adalah guru idola, karena yang berhak mengalungkan sandangan guru idola adalah para siswa. Siswalah yang secara jujur akan memberikan penilaian. Siswa dapat merasakan kikhlasan dan ketulusan guru ketika yang bersangkutan membangun hubungan guru-siswa, baik saat di kelas maupun di luar kelas. Ketulusan dan Keikhlasan adalah kunci kesuksesan dalam menjalin hubungan denga siswa, juga kepada semua orang.
Semakin banyak guru yang mampu menjadi guru yang menyenangkan sekaligus tegas plus berkompetensi ,  akan sangat membantu peningkatan kualitas pembelajaran di sekoah. Pembelajaran yang berkualitas adalah akar dari kualitas pendidikan.Menjadi guru Idola siapa takut?.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.