![]() |
Sukarno dan Fatmawati |
Hampir saja saya lupa bahwa
tokoh idola saya berulang tahun di bulan ini. Untung saja saat saya
mebolak-balik koran bekas di
perpusatakaan kabupaten saya dapat secuil berita tentang peringatan ulang tahun
idola saya tanggal 6 Juni lalu. Ya, 111 tahun yang lalu adalah kelahiran Bung
Karno, sang idola saya.
Bukan
karena kebetulan atau ikut-ikutan saya mengidolakan Bung Karno. Saya
mengidolakan Bung Karno saat kelas satu SMP.Pada waktu itu ada tugas dari guru
pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuanagn
Bangsa (PSPB). Bagi pembaca yang kelahiran akhir 60-an atau awal 70-an
tentu ingat pelajaran itu. Adapun tugas
tersebut adalah untuk melakuakan kegiatan bermain peran fragmen peristiwa
sejarah. Kebetulan tugas kelompok saya kebagian fragmen lahirnya proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Yang lebih mengesankan adalah saya ditunjuk sebagai
pemeran Bung Karno. Mungkin karena mirip. ( Huuu ... Ge eR)
Saya
pun tidak menyia nyiakan kepercayaan yang diberikan. Dengan sepenuh hati saya
perankan Bung Karno dengan gayanya yang khas, berapi-api. Ada satu adegan yang
sangat saya ingat, yaitu adegan saat saya eh maksudnya Bung Karno dipaksa untuk
segera memproklasmasikan kemerdekaan. Saat itu terjadi adu mulut antar Bung
Karno dan golongan muda, sayuti melik, BM Diah dan kawan-kawan. Saya, maksudnya Bung Karno ngotot tidak mau memproklamiskan
kemerdekaan dengan tergesa-gesa. Sementara itu para tokoh muda juga ngeyel memaksa Bung Karno untuk segera memproklasmsikan
kemerdekaan. Akhirnya melalui perdebatan yang cukup panjang Bung Karno mau
dibawa oleh tokoh muda ke rumah laskamana maeda, di Rengasdengklok, untuk
membuat naskah proklamasi. Ada yang mengistilahkan peristiwa itu dengan
penculikan Bung Karno. Oh ya bagi yang belum tahu, Laksaman Maeda itu orang
jepang yang pro bangsa Indonesia.( Wee... sudah pada tahu !!!)
Tampaknya
tuhan memang sudah membuat jalan agar saya lebih mengenal tokoh yang akan saya
perankan.Ndilalah (kebetulan) kakak saya membeli sebuah buku yang menceritakan
biografi masa muda sukarno, Langsung saja saya lahap habis buku tersebjut. Dan
jleb !, langsung saya jatuh cinta dengan tokoh yang satu ini.
Ada
satu bagian dari buku ini membuat saya sangat kagum terhadap Bung Karno. Dalam
buku tersebut Bung Karno sudah berani melakukan pidato politik di usia yang sangat
muda, 16 tahun. Di usia semuda itu beliau sudah memikirkan nasib bangsanya.Luar biasa!. Dan yang lebih
saya kagumi beliau menguasai lebih dari dua bahasa dan memiliki wawasan yang
sangat luas.
Bandingkan
dengan anak muda sekarang. jauh!. Saat ini lebih banyak anak muda memikirkan diiri sendiri ketimbang memikirkan nasib bangsa. Nasionalisme di
kalangan muda menjadi seusatu yang asing. Jangankan bicara nasionalisme menyanyikan lagu Indonesai raya saja belum
tentu hafal.
Sejak
saya jatuh cinta dengan sang idola, timbul cita-cita bisa berjuang semuda
mungkin bak Bung Karno. Dan salah satu profesi
yang menurut saya dapat menyumbang bagi kemajuan bangsa ini adalah
politiikus ala Bung Karno. Maka setiap
berkunjung di perpustakaan provinsi saya mencari buku-buku tentang politik.
Tetapi bukannya saya paham tentang politik malah tambah bingung, maklum anak
SMP. Tapi Bung Karno kok bisa Ya?. Dan
akhirnya saya menyerah bahwa saya tidak bakat menajdi politikus. Kalau saja
jalan hidup saya menjadi politikus mungkin saya sudah menjadi anggota dewan
atau menteri. Nah lho ngawur kan ?.
Nafsu
untuk membaca buku-buku tentang Bung Karno semakin menjadi-jadi. Hingga suatu
saat saya temukan sebuah buku kecil di perpustakaan provinsi . Buku dengan
ukuran tidak lebih 20 cmX15 cm bersampul
kuning, judulnya saya lupa. Buku itu membuat saya terkaget-kaget. Bagaimana tidak?,
buku tersebut menceritakan wanita-wanita yang pernah dekat dengan Bung Karno.
Kenapa saya pada waktu kaget karena setahu saya wanita yang dekat dengan Bung
Karno hanya Fatmawati. Yang lebih membuat saya shock adalah ada bagian dari buku tersebut yang menceritakan
bagaiman Bung Karno mendekati Baby Huawei, seorang gadis SMP. Tentu saja
sebagai seorang anak SMP saat itu, saya
tidak terima. Pokonya tidak terima.
Sempat
terpikir bahwa buku tersebut dibuat memang untuk menjelek-jelekkan Bung Karno
dan kemungkinana besar isinya tidak benar alias bohong.Karena ketidakyakinan
isi buku tersebut membuat saya setiap berkunjung ke perpusatakaan ingin membacanya
berulang ulang. Saya sendiri tidak berani meminjam buku itu. Masak anak SMP
pinjam buku begituan. Menurut orang jawa saru
alias tabu.
Anehnya
setelah saya mebaca buku tersebut secara kebetulan saya mebaca buku-buku
tentang Bung Karno terkait dengan tindakan-tindakannya yang cenderung orotiter
dan Inkonstitusi. Dicanangkannya demokrasi terpimpin, kemudian pengangkatan
dirinya sebagai presiden seumur hidup membuat kecintaan saya terhadap Sang
Idola sedikit meredeup. Apalagi setelah tahu bahwa Bung Hatta yang juga idola
saya mundur karena tidak cocok dengan model kepemimpina Bung Karno. Model
kepemimpinan yang dapat mengahantarkan bangsa ke dalam keterpurukan.
Sejak
saat itulah saya mulai membatasi kekaguman saya terhadap Bung Karno pada masa
mudanya. Ya, saya mengidolakan Sukarno Muda. Sukarno muda adalah sososk yang dapat
daijadikan idola bagi anak muda sekarang ini, terkait dengan penanaman jiwa nasionalisme.
Sosok yang cerdas, berani, pantang menyerah dengan kemapuan orasi di atas
rata-rata.
Saat
ini dibutuhkan Sukarno muda-Sukarno muda bagi bangkitnya bangsa ini dari
berbagai problematika.Anak muda yang peduli terhadap bangsa, haus terhadap pengetahuan, berani bertindak,
dan tidak mudah putus asa. Sulit rasanya saat ini menemukan tokoh sekaliber Bung
Karno .
Benar
rasanya apa kata idola saya, “jasmerah”, jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah. Anak-anak muda sekarang perlu membuka kembali sejarah perjuanagan
bangsa ini. Tidak hanya anak muda saja menurut saya para elit politik juga
perlu menengok kembali sejarah berdirinya bangsa ini agar mereka tidak larut
dalam kepentingan golongan dan pribadi
yang berimbas pada terpuruknya bangsa Indonesia. Sejali lagi “Jasmerah”.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.