Monday 15 August 2011

JENDRAL SUDIRMAN AWALNYA SEORANG GURU

Tentu saja nama Jendral Soedirman tidak asing bagi kita semua. Jendral yang dinobatkan sebagai sebagai “ Bapak Tentara Indonesia” ini terkenal kegigihannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.  Sosok yang terkenal dengan penampilan berjubah panjang ini memimpin pasukannya bergerilya meskipun dalam kondisi sakit dengan ditandu oleh anak buahnya.
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebelum menjadi seorang tentara beliau pada awalnya adalah seorang guru. Lahir di desa Bodas Karangjati Rembang, Purbalingga Pada tanggal 24 Januari 1916. Jendral Soedirman terkenal dengan pembawaannya yang kalem dan tidak terlihat ambisius membuat beliau sebagai figur alternatif seorang panglima tertinggi. Satu lagi yang menjadi ciri khas beliau yaitu sosok yang hemat bicara sehingga jarang terdengar pidatonya yang berapi-api, namun beberapa penggalan kata-katanya justru sulit untuk dilupakan.

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Jendral Soedirman pada awalnya adalah seorang guru. Beliau mengajar di sekolah HIS di Cilacap. Ketika penjajahan Jepang beliau terpanggil untuk membela negaranya dengan  mendaftarkan diri sebagai tentara Pembela Tanah Air ( PETA). Sebagai mantan guru Soedirman berani melancarkan protes terhadap tentara Jepang yang bertindak sewenang-wenang terhadap anak buahnya. Bahkan beliau nyaris dibunuh oleh tentara Jepang. Satu hal yang menjadi keahlian beliau adalah kemampuan bernegosiasi. Kemampuan bernegosiasi dan sikap persuasif beliau mampu membuat tentara Jepang di Banyumas menyerahkan senjatanya tanpa terjadi pertumpahan darah. Peristiwa inilah titik awal jasa Jendral Sudirman sebagai sebagai seorang panglima perang. Dan selanjutnya perjuangan Jendral Sudirman meluas di luar wilayah banyumas. Dengan taktik gerilya dan panatang menyerah beliau sanggup mebuat tenatara Belanda dan sekutunya kewalahan.
Ada banyak hal yang  patut dicontoh dari sosok Jendral Sudiraman. Konsisitensi sikap membuat beliau pantang menyerah dalam kondisi apapun. Saat ini sulit rasanya mencari sosok yang konsisten antara ucapan dan tindakan. selain itu beliau orang yang banyak berjuang daripada bicara. Dengan sedikit bicara Sudirman mampu menunjukkan prestasi dalam memukul mundur tentara penjajajah. Justru saat ini banyak elit politik yang berpidato sampai berbusa-busa namun tanpa tindakan nyata alias NATO ( Not Action Talk Only ). Untuk memberi dorongan kepada anak buahnya dalam melawan penjajah beliau memberi keteladanan  dengan selalu mendampingi anak buahnya meskipun dalam kondisi sakit sekalipunn. Ya, keteladanan tampaknya menjadi modal utama mengapa Sang Jendral dipatuhi segala instruksinya. Untuk mencari tokoh yang patut diteladani saat ini bak mencari jarum dalam jerami, sulit. Dan bangsa ini membutuhkan keteladanan bukan pidato basa-basi yang membosankan.
Banyak hal yang patut kita teladani dari seorang Jendral Sudirman. Sikap Nasionalisme yang saat ini semakin luntur tergerus arus liberalisasi membuat setiap kita kerjakan hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri. Perasaan sebagai bagian dari anak bangsa hilang demi seonggok nasi. Sikap rela berkorban dan konsistensi dalam berjuang tampaknya patut kita contoh. Karakter positif yang melekat pada Sang Jendral inilah yang sangat dibutuhkan oleh para pemimpin bangsa ini agar tercipta bangsa yang bermatrtabat.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.