Tentu saja nama Jendral Soedirman tidak asing bagi kita semua. Jendral
yang dinobatkan sebagai sebagai “ Bapak Tentara Indonesia” ini terkenal
kegigihannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sosok yang terkenal dengan penampilan
berjubah panjang ini memimpin pasukannya bergerilya meskipun dalam kondisi
sakit dengan ditandu oleh anak buahnya.
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebelum menjadi seorang tentara
beliau pada awalnya adalah seorang guru. Lahir di desa Bodas Karangjati
Rembang, Purbalingga Pada tanggal 24 Januari 1916. Jendral Soedirman terkenal
dengan pembawaannya yang kalem dan tidak terlihat ambisius membuat beliau
sebagai figur alternatif seorang panglima tertinggi. Satu lagi yang menjadi ciri
khas beliau yaitu sosok yang hemat bicara sehingga jarang terdengar pidatonya
yang berapi-api, namun beberapa penggalan kata-katanya justru sulit untuk
dilupakan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Jendral Soedirman pada awalnya
adalah seorang guru. Beliau mengajar di sekolah HIS di Cilacap. Ketika
penjajahan Jepang beliau terpanggil untuk membela negaranya dengan mendaftarkan diri sebagai tentara Pembela
Tanah Air ( PETA). Sebagai mantan guru Soedirman berani melancarkan protes
terhadap tentara Jepang yang bertindak sewenang-wenang terhadap anak buahnya.
Bahkan beliau nyaris dibunuh oleh tentara Jepang. Satu hal yang menjadi keahlian
beliau adalah kemampuan bernegosiasi. Kemampuan bernegosiasi dan sikap
persuasif beliau mampu membuat tentara Jepang di Banyumas menyerahkan
senjatanya tanpa terjadi pertumpahan darah. Peristiwa inilah titik awal jasa
Jendral Sudirman sebagai sebagai seorang panglima perang. Dan selanjutnya
perjuangan Jendral Sudirman meluas di luar wilayah banyumas. Dengan taktik gerilya
dan panatang menyerah beliau sanggup mebuat tenatara Belanda dan sekutunya
kewalahan.
Ada banyak hal yang patut dicontoh
dari sosok Jendral Sudiraman. Konsisitensi sikap membuat beliau pantang
menyerah dalam kondisi apapun. Saat ini sulit rasanya mencari sosok yang
konsisten antara ucapan dan tindakan. selain itu beliau orang yang banyak
berjuang daripada bicara. Dengan sedikit bicara Sudirman mampu menunjukkan
prestasi dalam memukul mundur tentara penjajajah. Justru saat ini banyak elit
politik yang berpidato sampai berbusa-busa namun tanpa tindakan nyata alias
NATO ( Not Action Talk Only ). Untuk memberi dorongan kepada anak buahnya dalam
melawan penjajah beliau memberi keteladanan
dengan selalu mendampingi anak buahnya meskipun dalam kondisi sakit sekalipunn.
Ya, keteladanan tampaknya menjadi modal utama mengapa Sang Jendral dipatuhi
segala instruksinya. Untuk mencari tokoh yang patut diteladani saat ini bak
mencari jarum dalam jerami, sulit. Dan bangsa ini membutuhkan keteladanan bukan
pidato basa-basi yang membosankan.
Banyak hal yang patut kita teladani dari seorang Jendral Sudirman. Sikap
Nasionalisme yang saat ini semakin luntur tergerus arus liberalisasi membuat
setiap kita kerjakan hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri. Perasaan
sebagai bagian dari anak bangsa hilang demi seonggok nasi. Sikap rela berkorban dan konsistensi dalam berjuang tampaknya patut kita contoh. Karakter positif yang melekat pada Sang Jendral inilah yang sangat dibutuhkan oleh para pemimpin bangsa ini agar tercipta bangsa yang bermatrtabat.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.