Kasih Ibu tiada Batas |
Bagi sebagian pembaca, cerita di atas bukanlah hal yang asing lagi. Cerita di atas mengandung pesan bagaimana rasa belas kasih dan bantuan yang kita berikan tidak memberi manfaat sebagaimana yang kita bayangkan. Perasaan belas kasih yang membawa celaka sebagaimana digambarkan pada cerita di atas dalam istilah jawa disebut dengan “Welas Tanpa Alis”.Perasaan welas tanpa alis sering menghinggapi kita. Seringkali dengan maksud memberi kasih sayang, pertolongan dan perlindungan, tetapi karena dilakukan dengan cara-cara yang salah justru pada akhirnya membawa celaka bagi orang yang kita sayangi.
Sebagai orang tua tentunya dituntut untuk mempunyai rasa kasih sayang kepada anak. Namun rasa kasih sayang yang berlebihan yang cenderung over protecting tentunya kurang baik bagi perkembangan pribadi anak.Pemenuhan kebutuhan anak yang berlebihan membuat anak menjadi manja dan cenderung menuntut semua keinginannya terpenuhi tanpa memperdulikan kondisi orang tua. Sikap orang yang serba khawatir terhadap aktifitas anak di luar rumah justru dapat membuat anak menjadi pribadi penakut kurang berani mengambil resiko.
Pada dunia pendidikan rasa welas tanpa alis ditunjukkan oleh para guru pada saat-saat kegiatan UN. Karena perasaan kasihan jika siswanya tidak lulus ,memancing guru melakukan berbagai cara termasuk yang tidak halal guna membantu siswa agar lulus ujin. Siswa yang lulus atas bantuan yang tidak sepatutnya mungkin senang karena telah berhasil lulus ujian, namun ketika ia harus berhadapan dengan kompetisi pada kehidupan nyata di masyarakat dia akan mengalami kesulitan karena tidak menyadari kelemahannya.
Ada sebuah cerita tentang seorang pengusaha yang merasa gelisah dengan kehidupan putra-putrinya di masa datang. Permasalahannya bukan tentang materi atau fasilitas yang kurang tetapi berkaitan ketahanan mental anaknya kelak ketika harus terjun dalam kehidupan nyata. Fasilitas yang serba ada , kemudahan dalam berbagai hal dikhawatirkan membuat anaknya lemah secara mental dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang akan dihadapi pada saat dia harus menjalankan usahanya.Perjalanan hidup yang mulus-mulus saja dikhawatirkan justru membuat mental sang anak menjadi lemah, tidak tahan banting. Bahkan ada keinginan sang pengusaha membawa anak-anaknya pada kondisi sang anak megalamai kegagalan. Dengan pengalaman mengalami kegagalan diharapkan sang anak mempunyai daya juang untuk bangkit dari kegagalan. Dengan mengalami kegagalan diharapkan si anak mau menghargai setiap hasil usaha yang telah diperoleh sekecil apapun.
Memang tidak sulit menempatkan kasih sayang secara proposional. Apalagi saat kita sebagai orang tua dalam kondisi mampu memenuhi kebutuhan anak di atas batas minimal. Keinginan untuk selalu memenuhi keinginan anak karena secara materi memang kita mampu sering tak terbendung. Perasaan agar sang anak tidak mengalami kekuranganan atau penderitaan sebagaimanayang telah dialami orangtuanya pada masa kecil, selalu terbayang-bayang dalam pikiran kita. Sebagai orang tua kita tidak ingin diakatakan sebagai orang tua yang pelit, yang kejam kepada anak.
Sebagai orang tua tampaknya kita dituntut untuk secara cerdas memilah-milah tentang kebutuhan dan keinginan anak. Tidak semua kemauan anak merupakan kebutuhan yang bermanfaat bagi masa depannya, bisa jadi kemauan anak tersebut merupakan keinginan yang tidak begitu urgen.Sikap bijaksana orang tua dalam memberi penejelasan alasan-alasan penolakan terhadap kemauan anak tentunya akan membuat anak lebih memahami dan mau mengerti. Dengan pembiasaan yang demikian, diharapkan anak tidak menjadi anak yang suka menuntut dan jika tidak terpenuhi tuntutanya akan melakuakn berbagai ancaman.
Tentang Ujian Nasional yang menyebabkan Welas Tanpa Alis, saya juga menulisnya Pak Agus. Tulisan itu ada pada Kompasiana. Salam kenal, Pak Agus.
ReplyDeleteYa,tampaknya kita sepakat untuk mendidik siswa agar menjadi manusia yang mandiri jujur dan berprestasi. Thanks atas komennya salam kenal juga. Tagpi ngomong-ngomong namanya sipa ya ?
ReplyDelete