Tuesday, 12 October 2010

PERLUKAH GURU MEMAHAMI FILOSOFI PENDIDIKAN ?

Guru harus selalu merenungi hakekat
mengapa Ia Mengajar 
Pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini muncul saat penulis membaca buku yang berjudul “ PENDIDIKAN NASIONAL STRATEGI DAN TRAGEDI “,buku yang ditulis oleh begawan pendidikan Indonesia, Prof.Dr.Winarno Surkhmad, MSc.Ed . Buku dengan sampul biru muda dengan ketebalan 496 halaman ini sebenarnya cukup menarik untuk dibaca secara menyeluruh. Berhubung buku ini penulis pinjam dari perpustakaan kabupaten yang masa pinjamnya Cuma tujuh hari maka rasanya tidak cukup waktu untuk mebaca seluruh halaman. Maklum orang sibuk.Wheleeh!!. Maka dengan gaya membaca “skipping”  alias loncat-loncat penulis berusaha menikmati buku ini. Sebenarnya penulis merasa kurang “nyandak” ilmunya untuk membaca buku ini, mengingat buku ini sebagian besar merupakan kumpulan makalah profesor yang disajikan untuk para dosen yang ilmunya sudah “sundul langit”, sementara penulis sendiri ilmunya masih “sundul lawang”,  maklum guru ndeso. Didorong oleh keinginan untuk tambah pengetahuan yang tidak hanya sebatas pagar halaman sekolah, maka sayapun nekat meminjam buku ini untuk dibaca “sak nyandak’e” pikiran saya.

Setelah berskipping ria dari halaman ke halaman buku ,mata penulis tersandung oleh sebuah makalah  yang menulis tentang pentingnya memahami filosofi pendidkan dan rendahnya guru memahami filosofi pendidikan. Menurut sang profesor  pemahaman tentang filosofi pendidikan oleh pihak yang terkait dengan pendidkan di Indonesia sangat penting .Filsafat sebagai metode berpikir reflektif mengenai esensi kebenaran dalam kehidupan sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan guna memahami makna terdalam dari kehidupan dari sudut pandang manusia, sebagai bentuk komitmen kebenaran. Filosofi pendidikan menjadi fondasi praktik pendidikan bagi pendidik sebelum beraksi telah mempermasalahkan hal-hal yang sangat mendasar. Adapaun pertanyaan-pertanyaan mendasar yang perlu direnungkan seorang pendidik menurut sang profesor, diantaranya adalah :
  • Apakah yang dimaksud dengan kenyataan atau realitas, kalau anak didik kita akan didikkan berbagai kenyataan hidup. Apakah hubungan sebab akibat adalah sebuah kenyataan ?. Bagaimana kita mengajarkan hubungan sebab jika sebab akibat tersebut kepada anak didik ? Kalau hubungan sebab akibat sebagai sebuah kenyataan , dimana letak kenyataan itu ? dimana letak kenyataan itu ? : di luar sana , atau di dalam pikiran anak ?.
( Nah lho ! bingung nggak ? )
  • Kalau kita mengahadapi anak didik dalam permasalahan dengan semesta alam yang luas ini : sebenarnya apakah ada tujuan dari segala tujuan mengapa dunia ini diciptakan atau semua ini hanya bunga rampai kebetulan yang tidak berarti apa-apa?.Jawaban dari pertanyaan ini  secara fundamental dapat dicari dalam filosofi.
                Bisa jadi pertanyaan di atas oleh sebagian guru dianggap bersifat pertanyaan yang bersifat abstrak yang tidak terlalu urgen bagi pendidik  saat  mengajar di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan dia atas dianggap kurang relevan bagi tugas-tugas guru.
Guru yang memahami filosofi akan mengajarkan anak didik tentang kebahagiaan hakiki kebahagian yang bukan merupakan kenikmatan sejenak dan itu tujuan yang akan dicapai melalui pendidikan. Pendidikan dilihat sebagai upaya memanusiakan manusia. Pendidikan diletakkan sebagai pengembangan kepribadian bukan hanya pengembangan pengetahuan semata.
Kembali kepada pertanyaan sebagai tertulis pada judul di atas sejauhmana guru memelajari filosfi. Bagi sebagian guru mungkin melihat filososfi sebagi sesuatu yang tidak berguna. Filosofi hanya untuk orang-orang  tertentu saja.  Tanpa filosofi pendidikan tetap berjalan, ada dan tidaknya  tidak nampak perbedaannya.
Jujur saja, bagi saya mempelajari filosofi para pemikir dunia meskipun menarik tetapi tetap rumit. Penulis ingat saat mengikuti  mata kuliah filsafat pendidikan sering dalam kondisi setengah sadar alias antar melek dan tidur. Seringkali materi kuliah yang disampaikan oleh sang dosen lewat begitu saja alias tidak mudheng . Bahkan hampir sebagian teman-teman juga mengalami “terhipnotis massal “ ,dalam kondisi setengah sadar alias ngantuk, saking sulitnya memahami materi yang dismapaikan sang dosen.Untuk mata kuliah ini agar mendapat nilai C harus berjuang keras, maklum sang dosen terkenal pelit memberi nilai. Mungkin saat akan memberi nilai perlu direnungkan berulang kali dulu. Waduh, malah ngrasani pak dosen.” Maaf ya pak !”.
Tampaknya  filosofi pendidikan diperlukan bagi pendidik sebagai dasar pendidik dalam menjalankan tugasnya.Dengan memahami filosofi pendidikan pendidik dapat memberikan makna lebih mulia pada tugas-tugasnya dengan baik.
Pendidikan adalah tentang kehidupan dan untuk kehidupan dan pendidikan adalah upaya menyiapkan anak bangsa mengahadapi kehidupan.


Sumber bacaan :
“ PENDIDIKAN NASIONAL, STRATEGI DAN TRAGEDI “ Oleh Prof.Dr.Winarno Surakhmad, MSc. Ed
               

2 comments:

  1. menurut saya psikologi pendidikan kapanpun dan dimanapun sangat perlu dipahami...guru tanpa psiko pendkan ngajarnya pasti akan "blarah" walaupun berpegang kurikulum manapun..karena guru disamping mengajar juga mendidik

    ReplyDelete
  2. Terima kasih komentarnya, Saya sepakat bahwa seorang guru perlu memahami hakikat pendidikan dapat menghormati siswa sebagai manusia dengan pribadi yang utuh.

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.