Wednesday, 8 September 2010

TEKNIK DAN STRATEGI MANAJEMEN KELAS

Renee Rosenblum-Lowden adalah seorang guru yang berpengalaman mengajar siswa kanak-kanak maupun dewasa selama 25 tahun, bersama Felicia Lowden Kimmel seorang guru bahasa inggris yang kemudian menjadi konselor, menulis sebuah buku yang berjudul “ You have to Go to School ... You’re the Teacher !”. Di indonesia sendiri buku tersebut dierjemahkan dengan judul “ Anda Harus Pergi ke Sekolah ... ANDA GURU”. Buku ini sangat menarik karena menyajikan berbagai macam teknik yang berkaiatan dengan masalah sehari-hari dalam manajemen kelas. Memang pada strategi tertentu ada yang kurang cocok jika diterapkan di lingkungan sekolah di Indonesia karena perebedaan budaya. Namun demikian sebagain besar teknik dan strtegi yang disajikan sangat membantu bagi guru baru maupun guru senior yang berminat memperbaiki kemampuan mengelola kelas.
Dalam buku ini disajikan lebih dari 300 strategi dan teknik mengelola kelas. Penulis akan menyajikan beberapa strategi dan teknik yang menurut penulis cukup menarik.Untuk kali ini penulis akan menyajikan teknik dan strategi sebagai seorang guru baru. Namun demikian teknik dan strategi tersebut masih layak untuk dibaca ulang semua guru, termasuk saya. Adapun strategi dan teknik tersebut diantaranya :
BERPAKAIAN SEPERTI LAYAKNYA ORANG DEWASA
Masalah cara berpakaian bagi seorang guru sangatlah penting. Sebagai guru baru sering mengalami kecanggungan dalam berpakaian. Pengalaman saya sebagai seorang guru baru di sebuah SMA, sering mengalami penilaian tentang penampilan dari siswa secara sembunyi-sembunyi. Penilaian dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kebiasaan saya yang biasa tampil kurang rapi sampai dengan rambut yang tidak diminyaki sering dikomentar secara bisik-bisik dari siswa.
Penampilan guru yang terlihat profesional akan sangat membantu guru dalam membangun kewibawaan. Survey membuktikan penampilan guru dalam berpakaian yang terlihat profesional sangat membantu dalam mendisiplinkan siswa.Berpenampilan rapi akan memberi dampak positif terhadap sikap siswa.
Bagi guru, sekolah merupakan tempat yang spesial dan sudah selayaknya saat kita ke tempat tersebut juga berpenampilan sepesial. Ada pepatah jawa yang mengatakan “ Ajining raga saka ing busana “. Penghargaan terhadap jasmani kita ditentukan oleh pakaian yang kita kenakan.
SIAPAKN RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) LEBIH DARI JAM MATA PELAJARAN YANG TERSEDIA
Sebagai seorang guru saat pertama kali mengajar biasanya dalam masa penjajagan. RPP yang harusnya diperiapkan sering dikesampingkan. Dengan modal “bonek” , alias bondo nekat mengajar dengan tangan kosong. Akibatnya sering terjadi “hang” di tengah pembelajaran. Apalagi banyak siswa mencoba-coba menggoda dengan pertanyaan dan komentar yang tidak relevan dengan materi ajar. Ah, jadi ingat pengalaman saya pertama mengajar.
Persiapan RPP lebih awal tampaknya sangat membantu guru baru pada saat mengajar.Sebab dengan persiapan yang ada peluang terjadinya kemacetan di tengah pembelajaran akan diminimalisasi. Apalagi jika siswa mengetahui kita grogi karena tanpa persiapan maka kegiatan pembelajaran akan lebih tidak terkendali.
Persiapan RPP yang lebih dari jam yang ada akan membantu pada saat menghadapi kelompok siswa dengan daya tangkap tinggi sehingga tidak akan mengalami kehabisan materi. Jangan takut RPP kita tidak lebih baik dari guru lain. Rata-rata guru merasa RPP-nya tidak lebih baik dari RPP guru lain.Suatu sikap yang wajar, kalau RPP- yang kita buat dirasakan yang terbaik “over PD” jadinya.
MENGAMATI GURU LAIN
Mengamati guru lain mengajar di Indonesia bukanlah hal yang biasa. Guru yang diamati pada saat mengajar sering merasa terganggu dengan keberadaan orang ketiga di ruang kelas. Tidak heran jika kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan suatu kegiatan yang tidak disukai guru.
Sebagai seorang guru baru, kegiatan mengamati guru lain mengajar sangat penting. Seorang guru baru layak memilih guru senior yang dapat menjadi mentor.Informasi tentang guru yang bagus dalam mengajar dapat diperoleh dari siswa. Guru yang diidolakan siswa umumnya mempunyai teknik mengajar yang istimewa. Dengan mengamati gaya mengajar guru tersebut, siapa tahu dapat memperbaiki gaya mengajar kita. Sebagian besar guru mengajar dengan meniru gaya mengajar guru-guru waktu sekolah. Sudah selayaknya kita meniru dari guru-guru yang mempunyai gaya mengajar yang baik. Ingat hampir 80 % dari apa yang kita lakukan adalah peniruan apa yang kita lihat.
SIFAT NEGATIF GURU
Tidak semua guru menjalani profesinya dengan bahagia.Guru yang tidak merasa bahagia dengan profesinya lebih banyak mengeluh, selalu mengkritik apapun tentang profesi guru. Kelompok guru tersebut biasanya mengajar tanpa motivasi. Mengajar hanya menggugurkan tanggung jawab sambil menunggu masa pensiun.
Bagi guru baru berkumpul dengan kelompok guru di atas sangat berbahaya, karena sifat negatif yang dimiliki dapat menular bagaikan “virus negatif”. Untuk itu guru baru hendaknya jangan terlalu sering berkelompok dengan guru yang lebih banyak mengeluh dan kurang motivasi, banyak-banyaklah bergaul dengan guru yang mempunyai semangat dan motivasi tinggi. Sebagaimana sikap negatif sikap positif juga dapat menular. Sudah selayaknya para guru senior lebih banyak berbagi pengalaman terbaik alias “best practice” kepada para guru baru agar mereka menjadi guru profesional yang handal.
SEMANGAT ITU DIKEJAR BUKAN DIAJARKAN
Tentu saja harapan bagi semua guru untuk mengajar di tengah siswa yang antusias. Untuk membangun antusias siswa bukanlah sesuatu yang mudah. Kita tidak bisa begitu saja mengajak siswa bersemangat, sementara kita tidak berusaha menciptakan linkungan pendukungnya. Siswapun berharap agar kita lebih bersemangat dalam mengajar. Mempersiapkan diri dengan matang termasuk materi yang dikemas dengan menarik dan menyenangkan akan dapat memuaskna rasa ingin tahu siswa.
RAMAH NAMUN TIDAK UNTUK MENJADI TEMAN
Keinginan untuk lebih dekat kepada siswa bagi seorang guru adalah hal yang wajar. Bahkan tidak sedikit guru berusaha menjadi teman para muridnya. Namun demikian sikap ramah guru dan berusaha menjadi teman siswa sering disalah artikan siswa dengan berperilaku cenderung kurang sopan. Untuk itu perlu sikap tegas guru bahwa sudah selayaknya siswa menaruh rasa hormat kepada guru. Keramahan yang diberikan siswa adalah keramahan seorang guru kepada siswa. Dan mungkin perlu ditegaskan bahwa “ tugas saya adalah mengajar bukan untuk menjadi teman .“ Tentu saja kalimat tersebut bagi sebagian guru dikhawatirkan akan mengakibatkan para siswa tidak menyukainya. Namun demikian jika kalimat tersebut dimaksud guna membimbing siswa agar lebih menghormati guru, siswa akan memamahaminya.
Sebenarnya masih banyak teknik dan strategi yang cukup menarik yang diuraikan dari buku yang saya sebut di atas. Tentunya penulis persilakan untuk membaca sendiri buku tersebut. Selalu berusaha lebih baik bagi seorang guru adalah sebuah kewajiban.Menjadi guru yang profesional dan handal merupakan harapan kita semua. Amin.
HIDUP GURU INDONESIA !!!
Sumber bacaan : “ You Have to Go to School ... You’re the teacher “ oleh Renee Rosenblum-Lowden dan Felicia Lowden Kimmel.

2 comments:

  1. God...god ..god
    Lanjutkan Pak Agus semoga jadi amal jariyah.

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.