![]() |
Sumber gambar: Suprizal-tanjung.blogspot.com |
Kaget
itu mungkin kata yang paling tepat saat mebaca salah satu bab dari buku yang
berjudul Bad Samaritans, tulisan
Ha-Joon Chang, seorang ekonom pembangunan warga negara Korea. Dalam bab
tersebut disebutkan beberapa pandangan orang luar Jepang maupun Jerman terkait
kultur kedua negera tersebut satu abad yang lalu. Kekagetan saya karena
pendapat yang dikemukakan sangat bertolak
belakang dengan kondisi kedua negara saat ini.
Disebutkan
dalam buku tersebut ada seorang misionaris Amerika bernama Sidney Gullick yang telah tinggal di Jepang selama 25 tahun
beranggapan bahwa orang Jepang pemalas dan sama sekali tidak peduli pada
berlalunya waktu alias tidak disiplin waktu. Bahkan Gullick melihat orang
Jepang sebagai orang-orang yang santai dan emosional yang berciri-ciri periang,
bebas dari kepedulian akan masa depan, hidup semata-mata untuk hari ini. Hal
tersebut dituliskan Gullick dalam bukunya yang berjudul Evolution of the Japanese.
Tidak
hanya Gullick, seorang pemimpin sosialis Inggris, Beatrice Webb mengatakan
bahwa orang-orang Jepang tidak ada kemauan untuk mengajar orang berpikir.
Bahkan secara sadis berkomentar terhadap orang Korea yang secara fisik mirip
orang Jepang sebagai 12 juta orang ganas tak beragama yang kotor , rendah,
cemberut, pemalas, yang terbungkuk-bungkuk dalam pakain putih lusuh dan hidup
di gubuk-gubuk lumpur yang kumuh. Selanjutnya Webb mengatakan hanya orang
Jepang sajalah yang dapat mengangkat kondisi yang disebutkan bak orang barbar.
Kedua
pendapat terkait kultur orang Jepang di atas dilontarkan pada sekitar tahun
1903 – 1912. Pendapat tersebut bisa jadi bentuk sinisme terhahadap orang Asia
khususnya Jepang atau arogansi orang barat terkait kemajuan industri yang telah
dicapai. Namun demikian fakta pada tahun tersebut Jepang relatif terbelakang
dbanding negara barat semisal Inggris dan Amerika.
Sementara
itu pada tahun 1820-an seorang penulis perjalanan dari Inggris , John Russel,
menggambarkan orang Jerman sebagai orang yang lamban, mudah puas, tidak
memiliki ketajaman persepsi dan kehalusan perasaan. Tidak itu saja Ia
menggambarkan orang jerman sebagai orang yang butuh waktu lama sebelum bisa
diajak memahami hal-hal yang baru, dan sulit membangkitkan semangat mereka
untuk mengejar kemajuan. Russel menyimpulkan orang Jerman sebagai berotak
majal, tidak istimewa dalam usaha maupun aktivitas.
Terkait
perangai buruk orang Jerman dikemukakan oleh seorang dokter dari Inggris, Sir
Arthur Brooke Faulkur. Sir Arthur melihat orang Jerman sebagai orang yang tidak
jujur dan bertangan panjang, tidak taat hukum, serampangan dan tidak disiplin.
Pandangan
negatif terhadap kedua negara tersebut beredar luas khususnya di negara Inggris dan Amerika.Hal
ini dimungkinkan karena pendapat-pendapat tersebut disebarluaskan dalam bentuk
buku. Mereka melihat bahwa kultur buruk kedua negara sebagai “kebiasaan warisan
nasional”. Kesimpulan pada waktu itu bahwa Jepang dan Jerman boleh dikatakan hampir
tidak mungkin menjadi negera maju . Namun faktanya setelah satu abad beredarnya
anggapan tersebut kedua negara tersebut
justru tumbuh menjadi negara yang maju
dengan kultur hemat, investasi, kerja keras, pendidikan, organisasi dan
disiplin. Mengapa kulutur kedua negara bisa berubah ?.
Menurut
sang pengarang, berubahnya kultur kedua negara sebagai akibat dari pertumbuhan
ekonomi. Ha-Joo Cang berpendapat tidak hanya kultur saja yang dapat mengubah
kondisi ekonomi tetapi kondisi ekonomi juga berpengaruh terhadap kultur suatu
bangsa. Terkait dengan pendapat tersebut secara runut, menarik dan mudah
dicerna Cang menjentrehkannya dalam buku tersebut. Dan saya persilakan untuk membaca
sendiri buku tersebut.
Belajar
dari apa yang pernah dialami oleh Jepang dan Jerman yang sempat dilecehkan oleh
bangsa lain terkait kultur buruk yang pernah dimiliki masyrakatnya.Saya yakin
bahwa bangsa Indonesia juga mampu keluar
dari pandangan sebagai bangsa dengan kultur pemalas, emosional, sulit diajak
maju, intoleran dan berbagai cap negatif lainnya.
Dengan
pemabangunan ekonomi yang benar, adanya kepastian hukum, pemerintahan yang
bersih maka Bangsa ini akan melesat dengan cepat mendampingi kenajuan negara
Jepang maupun Jerman. Sebagai golongan optimis-positif dalam melihat bangsa
sendiri, saya yakin dengan dukungan segenap komponen bangsa cita-cita luhur
bangsa ini akan tercapai. Amin.
bagaimana caranya orang jepang yang dulu dikenal pemalas bisa menjadi bangsa yang rajin seperti saat ini???
ReplyDelete