Tuesday 11 May 2010

CARA-CARA UNTUK MEMATAHKAN SEMANGAT SISWA

Anak-anak memiliki tangki emosional yang harus penuh.Tidak boleh kurang isinya , apalagi kosong. Cintalah yang mampu memenuhi tangki tersebut. ( Gary Chapman )
                Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak jarang tanpa sengaja mematahkan semangat siswa. Tindakan yang dilakukan guru mungkin mempunyai maksud baik, namun tanpa disadari justru membuat siswa patah semangat dan frustasi. Adapun tindakan tindakan yang  dapat mematahkan semangat siswa diantaranya :
a.    Mentapkan standar yang sangat tinggi dan tidak realistis yang menuntut kesempurnaan.
Guru tentunya berharap siswanya dapat berprestasi secara maksimal. Guna mencapai harapan tersebut guru menetapkan target atau standar capaian minimal yang  harus diperoleh siswa. Namun tanpa disadari  target yang ditetapkan diatas kemampuan rata-rata siswa. Hal ini berakibat pada sebagian siswa tidak dapat mencapai target yang diharapakan.Penetapan standar penilaian yang menuntut kesempuranaan sering juga dilakuakan oleh guru. Penetapan ini biasanya bersandar pemikiran yang bersifat subyektif. Kegagalan siswa dalam memenuhi target atau standar yang telah ditetapkan jika terjadi berulang-ulang akan menimbulkan patah semangat dan frustasi.
b.    Memotifasi  dengan memfokuskan pada kesalahan-kesaahan yang dilakukan siswa.
Salah satu peran guru yang tak kalah pentingnya adalah sebagai motivator. Kegiatan motivasi siswa merupakn kegiatan positif yang biasa dilakukan guru pada awal pelajaran atau pada saat pembinaan. Namun sayang beberapa guru masih menggunakan kesalahan-kesalahan siswa sebagai fokus pemberian motivasi. Hal ini tentunya sering memposisikan siswa bak pesakitan yang diharapakn melakukan pertobatan. Siswa akan merasa rendah diri, kurang percaya diri karena selalu diposisikan sebagai subyek pelaku kesalahan. Jika ini dilakukan sebagian besar guru maka siswa justru cenderung mengulang kesalahan yang telah dilakukan. Siswa akan merasa orang yang memang selalu berbuat kesalahan.

c.      Membuat interpertasi yang pesimistis
Kejujuran merupakan sesuatu hal yang diutamakan dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian perlu berhati-hati dalam mengungkap kondisi atau potensi siswa yang dihadapi. Guru yang mengungkap rendahnya hasil belajar atau potensi siswa ada kemudian dilanjutkan dengan ungkapan pesimis untuk prestasi siswa selanjutnya dapat berakibat kurang baik. Tentunya maksud guru tersebut untuk memberi gambaran secara jujur agar siswa lebih berusaha keras dalam mencapai prestasi belajar. Namun demikian ungkapan-ungkapan pesimis yang dilontarkan oleh guru akan menimbulkan perasaan tak berdaya pada siswa. Siswa akan merasa tidak mempunyai harapan untuk lebih meningkatkan diri. Aura kata-kata pesimis akan menyebar di dalam ruang kelas menular kepada para siswa.Jika hal tersebut terjadi harapan agar para siswa lebih meningkatkan usaha justru yang terjadim sebaliknya.



d.    Membandingkan siswa satu dengan lainnya.
Dengan maksud untuk memotivasi siswa, guru tidak jarang menggunakan prestasi siswa lain yang lebih unggul sebagai pembanding. Guru berharap siswa yang prestasinya masih rendah akan berusaha mencapai nilai siswa yang dijadikan pembanding. Cara seperti ini justru berakibat kepada siswa yang prestasinya masih rendah merasa kurang dihargai sebagai pribadi yang unik. Siswa merasa diperlakukan tidak adil. Keinginan siswa menjadi diri sendiri serasa diabaikan. Akibat dari ini  siswa cenderung berperilaku kebalikan dari harapan guru karena tidak ingin dibanding-bandingkan dengan orang lain. Untuk itu penghargaan kepada tiap-tiap siswa secara individu sangat penting . Lihat siswa sebagai manusia dengan potensi yang berbeda-beda dengan kelebihan dan kekurangan masing-maisng.

e.         Mendominasi dengan membantu siswa secara berlebihan.
Naluri seorang guru adalah selalu ingin membantu siswanya. Namun demikian bantuan yang secara berlebih justru akan merugikan siswa. Sepintas siswa merasa senang karena segala sesuatu mendapat bantuan guru, tetapi tanpa disadari bantuan guru tersebut justru mematikan kreatifitas siswa. Dengan bantuan guru yang berlebihan siswa akan selalu dalam kondisi nyaman. Akibat dari perilaku tersebut siswa akan mengalami kesulitan ketika ia harus memecahkan masalah yang harus ia hadapi sendiri. Ketergantungan terhadap bantuan guru mengakibatkan siswa tidak mandiri. Jika semakin banyak permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diselesaikkan tanpa bantuan guru ,mengakibatkan siswa menjadi patah semangat. Untuk itu guru dalam memberi bantuan kepada siswa seperlunya saja, biarkan siswa secara kratif memecahkan masalah secara mandiri.
          Sebagai  seorang pendidik niat baik membantu siswa saja tampaknya tidak cukup. Niat baik perlu  ditunjang dengan cara-cara yang baik dalam membantu siswa. Dengan  dilandasi kecintaan kita kepad siswa, niscaya siswa akan merasa nyaman sebagai dirinya dan kepada kita sebagai seorang guru.


Sumber bacaan : Kiat Nyaman Mengajar di Dalan Kelas , Ronald L partin,2009


3 comments:

  1. bagaimana jika siswa tidak mau belajar ataupun aktif mengikuti pembelajaran . yang penting hadir itu masih bagus kadang siswa lebih buruk dari itu.----guru didaerah

    ReplyDelete
  2. Ya, problematik sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah marginal adalah rendahnya motivasi belajar. Tugas berat para guru sekolah pinggiran adalah mengajak siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar.Namun demikian dengan niat baik dan upaya yang tanpa lelah insyaAllah akan terjadi perubahan baik meskipun tidak secara drastis. Tetap semangat Pak/Bu,.Upaya baik Panjenengan tidak akan sia-sia. Thanks atas atensinya.

    ReplyDelete
  3. bagaimana menyingkapi anak yang yang tidak mau/malas sekolah,dan lebih memilih mencari nafkah pak,bagaimana dengan peran guru untuk anak seperti itu??

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.