Friday 28 May 2010

ALMARHUM MENDAPATA NILAI BAGUS

Pagi itu di ruang guru nampak kesibukan para wali kelas memasukkan nilai raport. Maklum besok raport akan dibagikan. Tampak beberapa wali kelas begitu gelisah, karena ada satu nilai pelajaran dari seorang guru bernama Pak Dul yang belum dimasukkan. Seperti biasa, Pak Dul, guru yang satu ini paling senang mengakhirkan menyetor nilai kepada wali kelas. Mungkin ia terinspirasi dengan mengakhirkan waktu sahur saat puasa, agar lebih afdol. Ya, Pak Dul saat itu sedang menjadi orang yang paling ditunggu oleh wali kelas yang membutuhkan setoran nilainya.
Pak Dul adalah guru yang istimewa.Rekan-rekannya sering menyebut ia sebagai bisnisman yang nyambi guru. Bisnisnya bermacam-macam dari bisnis jual mobil sampai dengan jual beli kambing. Karena kesibukan bisnisnya tersebut keberadaan Pak Dul di sekolah bak kilat di waktu hujan , sesekali terlihat sesekali hilang. Pak Dul akan menghilang begitu ia selesai mengajar. sekedar menggugurkan kewajiban. Maka tidak heran jika pada saat pengolahan nilai raport ia menjadi “the most wanted “, orang yang paling dicari oleh wali kelas yang menunggu setoran nilai darinya.
Jarum jam pendek sudah menunjuk pada angka sepuluh. Batang hidung pak Dul belum kelihatan. Para wali kelas mulai gelisah. Tampak beberapa dari mereka menggerutu mengeluarkan kata-kata umpatan yang ditujukan ke Pak Dul, sehingga ruang guru agak sedikit gaduh. Namun suasana tersebut tidak berlangsung lama karena Pak Dul segera muncul. Dengan masih mengepulkan sisa asap rokok yang barusan dimatikan, Pak Dul mengucapkan salam. Para guru membalas salam dengan suara lirih menahan kedongkolan,apalagi melihat wajah Pak Dul tampak tenang tanpa merasa berdosa.
Belum sempat Pak Dul menempelkan pantatnya di kursi, rekan-rekan sudah ribut menagih nilai darinya. Nampaknya Pak Dul sudah berpengalaman menghadapi situasi sepei ini. Bukan daftar nilai yang ia keluarkan terlebih dahulu tetapi sebuah bungkusan plastik berisi kue serabi yang masih hangat, yang dibeli saat dalam perjalanan, ia serahkan kepada seorang guru wanita untuk dibagikan. Melihat tumpukan kue serabi yang masih hangat tersebut tanpa menunggu dibagi, para guru segera menyerbu serabi tersebut tanpa sisa . Pak Dul pun tersenyum, ia bisa duduk manis menyandarkan punggung di kursi dan meluruskan kaki sejenak. Sementara rekan-rekan guru larut dalam keheningan menikmati manis gurihnya kue serabi .Wali kelas yang sebelumnya ngotot minta setoran nilai, nampak teralihkan perhatiannya dengan kegiatan mulut ,mengunyah kue serabi.
Kurang dari lima belas menit Pak Dul menyelesaikan tugasnya menuliskan nilai di lembar daftar nilai yang harus disetorkan ke wali kelas. Wali kelas yang tadinya agak dongkol, menerima daftar nilai dari Pak Dul disertai ucapan terima kasih untuk kue serabinya. Biasanya pak Dul menyetor nilai dengan cara mendiktekan nilai kepada wali kelas secara lesan. Dengan membawa buku daftar nilai yang sebenarnya masih kosong, wali kelas diminta menyebut nama siswa dan Pak Dul mendiktekan nilainya. Ya, kali ini ada kemajuan dari Pak Dul.
Setelah selesai menyelesaikan hajatnya Pak Dul nampak akan bergegas meninggalkan ruang guru. Namun belum sempat ia melangkah tiba-tiba Bu Dar menahanya. “ Maaf Pak, benar ini siswa yang bernama Marhum, dapat nilai delapan ? “, tanya Bu Dar dengan wajah keheran-heranan. “ Benar Bu, Marhum pada saat pelajaran saya ,anaknya aktif,sering maju ke papan tulis, bahkan nilai ulangan hariannya selalu bagus “, jawab Pak Dul.” Tapi Pak, Marhum ini siswa yang sudah meninggal awal semester lalu karena kecelakaan “, Bu Dar mencoba memperjelas alasannya bertanya. Tampak wajah Pak Dul sedikit merah menahan malu, karena nilai yang diberikan sebenarnya nilai karangan . “ Lalu siswa yang aktif tersebut siapa ya ?”, tanya Pak Dul entah pada siapa, masih mencoba ‘ngeles’ . “ Mungkin penampakannya Pak !” ,salah seorang guru melontarkan celetukannya dan pecahlah tawa para guru. Pak Dul pun tersenyum kecut sambil mebuka-buka buku daftar nilainya yang sebenarnya masih kosong.
Belum juga reda tawa para guru yang ditimpali dengan berbagai celetukan, tiba-tiba HP pak Dul berbunyi. Tampak terjadi percakapan Pak Dul dengan rekan bisnisnya. “ Maaf saya ditunggu rekan bisnis saya “, ucap pak Dul kepada rekan-rekannya.Tampaknya ia ingin segera bergegas pergi. Sebelum pergi seperti biasa ia berpesan kepada wali kelas jika nilai yang ia berikan kepada seorang siswa dirasa masih kurang untuk ditambah sendiri, “pokoknya fleksibel lah ! “,ujarnya. Dan selanjutnya Pak Dul segera meninggalkan sekolah dengan mobil barunya. Wes... hewes... Pak Dul Langsung Bablas.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.