Friday 29 May 2015

Mengajak Siswa Menjadi Peneliti

Tidak sedikit siswa bertanya apa manfaat belajar matematika. Bagi sebagian siswa belajar matematika dirasa kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Belajar matematika tidak lebih mempelajari rumus-rumus dan perhitungan rumit yang tak berguna.  Akibat dari asumsi ini banyak siswa kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Ketidaktertarikan ini memicu rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
Munculnya pendapat siswa bahwa pelajaran matematika kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi diakibatkan kurangnya guru mendekatkan materi ajar secara kontekstual,. Pembelajaran matematika masih menekankan aspek kognitif semata.Padahal kegiatan  pembelajaran akan diterima dengan baik jika hasil belajar yang dilakukan dirasakan mempunyai kemanfaatan dalam kehidupan  siswa kelak. Dan sebenarnya banyak matematika terapan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan nyata. De Lange dalam Sutarto (2010:2) menekankan pentingnya pembelajaran matematika di sekolah yang dihubungkan dengan dunia nyata.Hal ini tersirat dari pernyataannya : “ Real world as a  concret world is transfered through mathematical application.”
Salah cabang ilmu matematika yang sangat dekat pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari adalah statistika. Tentu kita masih ingat dalam pemilihan presiden yang lalu banyak lembaga survei yang melakukan hitung cepat atau quick count terkait hasil pemungutan suara. Tidak sedikit masyarakat heran bagaimana sebuah hasil pemungutan suara dari ratusan juta pemilih dapat diumumkan dalam hitungan menit setelah pelaksanaan pemungutan suara. Dalam ilmu statistika hal itu dimungkinkan karena untuk memperoleh gambaran yang mendekati kenyataan dari  hasil pemungutan suara cukup  melalui sampel beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS)  yang diambil dengan kaidah keilimuan yang berlaku. Di sini hasil pemungutan suara di seluruh TPS di sebut populasi. Sebenarnya apa yang dilakukan lembaga survei tersebut merupakan bagian dari kegiatan penelitian dengan memanfaatkan salah satu cabang matematika yaitu statistika.

Materi Statistika  sudah dikenalkan sejak SD, dan untuk di SMP pada kurikulum 2006  dipelajarai di kelas sembilan. Berangkat dari kemanfaatan materi statistika dalam bidang penelitian, dalam mengajarkan materi ini penulis mencoba mengajak  siswa untuk berperan seolah-olah sebagai peneliti. Dalam hal ini penulis memberi tugas kepada  siswa untuk melakukan survei sederhana dan menyimpulkan hasil survei yang diperoleh. Untuk memahamkan pengertian populasi dan sampel dimanfaatkan lingkungan sekitar, seperti teman sekelas atau seluruh siswa di sekolah. Untuk materi tentang mean atau rata-rata, median dan modus siswa diminta melakukan penelitian tentang tinggi rata-rata, berat rata-rata siswa di sekolah melalui pengukuran beberapa siswa secara acak  sebagai sampel .Sedangkan pada materi penyajian data dalam bentuk diagram  siswa diminta membuat angket sederhana guna melakukan penelitian kecil  tentang  mata pelajaran yang paling di sukai, olah raga yang paling digemari bahkan tentang sinetron remaja  yang paling favorit  saat ini atau hal lain yang relevan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Adapun langkah-langkah guna menunjang kegiatan di atas adalah  siswa di bentuk menjadi beberapa kelompok.Pada materi tentang mean atau rata-rata, median dan modus  setiap kelompok mendapat tugas melakukan penelitian yang berbeda. Misal kelompok satu meneliti tentang rata-rata tinggi badan  siswa sedang kelompok lain meneliti tentang rata-rata berat  badan siswa.Populasi bisa siswa satu kelas atau jika memungkinkan siswa satu sekolah . Selanjutnya siswa diminta mencari sampel guna penelitian tersebut. Diberikan petunjuk bahwa  sampel diambil secara acak dan dibatasi jumlahnya. Di samping menghitung rata-rata, siswa juga diminta menentukan median dan modus dari data diperoleh guna mempertajam pemahan materi ajar tersebut.
Dalam materi statistika tentang penyajianm data bentuk diagram, siswa diajak melakukan survei sederhana. Dalam hal ini kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya diminta menentukan tema  yang akan menjadi bahan survei. Setelah itu siswa diminta membuat angket sederhana. Dalam hal ini angket berupa angket tertutup, berupa pilihan jawaban yang hanya dipilih satu. Misalnya angket tentang mata pelajaran UN yang paling disenangi, maka disediakan pilihan empat mapel yang ada, kemudian respondensi hanya boleh memilih satu saja. Setelah  angket dibuat siswa menyebarkan angket yang dibuat diberikan responden yang dipilih secara acak. Angket yang terkumpul oleh siswa kemudian datanya dihimpun dalam bentuk tabel yang selanjutnya dibuat diagramnya, yaitu diagram batang, garis dan lingkaran. Setelah dibuat diagram siswa diminta membuat kesimpulan yang dipresentasikan di depan kelas.
Dengan memanfaatkan model pembelajran di atas berdasarkan penelitian tindakan kelas   yang telah  penulis lakukan ternyata pada kelas yang bermasalah mampu meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Jika sebelumnya tingkat partisipasi belajar hanya 58,82% meningkat menjadi 85,70 %. Sedangkan hasil belajar yang awalnya rata-rata 67,57 meningkat menjadi 77,41 terjadi peningkatan sebesar 14,56 %.
Model pembelajaran di atas sejalan dengan Contextual Teaching Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstusl. dimana siswa dituntut mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar yang dilakukannya. Ketika siswa menemukan makna di dalam pelajaran, siswa akan ingat apa yang dipelajari. Pembelajaran membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek akademik dengan kehidupan sehari-hari (Elaine B.Johnson, 2010 :62)
Dalam implementasi kurikulum 2013 model pembelajaran di atas memenuhi kaidah pembelajaran saintifik. Hal ini bisa dilihat dari lima pengalaman belajar yang dialami siswa yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan hasil pengolahan informasi yang merupakan inti dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Tampaknya menjadi tantangan bagi guru khususnya guru matematika untuk selalu menyajikan pembelajaran  yang mampu menggugah minat belajar siswa. Sebab minat belajar, motivasi dan partisipasi siswa adalah kunci keberhasilan meningkatnya hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dan di sini guru dituntut berinovasi tanpa henti. Selamat berinovasi guru Indonesia.





 Daftar Pustaka

Johnson, Elaine B (2010) , Contextual Teaching & Learning : Bandung : Penerbit Kaifa
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik(2014), Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum        2013  :Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Suwarno, Agus (2011), Upaya Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Melalui     Pembelajaran Kontekstual Berbentuk Survei Sederhana Pada Materi Statistika Siswa Kelas IX SMP N 2 Baturraden  : Penelitian Tindakan Kelas

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.