Tidak
sedikit siswa bertanya apa manfaat belajar matematika. Bagi sebagian siswa
belajar matematika dirasa kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
matematika tidak lebih mempelajari rumus-rumus dan perhitungan rumit yang tak
berguna. Akibat dari asumsi ini banyak
siswa kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Ketidaktertarikan ini
memicu rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
Munculnya
pendapat siswa bahwa pelajaran matematika kurang bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari bisa jadi diakibatkan kurangnya guru mendekatkan materi ajar secara
kontekstual,. Pembelajaran matematika masih menekankan aspek kognitif
semata.Padahal kegiatan pembelajaran
akan diterima dengan baik jika hasil belajar yang dilakukan dirasakan mempunyai
kemanfaatan dalam kehidupan siswa kelak.
Dan sebenarnya banyak matematika terapan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan
nyata. De Lange dalam Sutarto (2010:2) menekankan pentingnya pembelajaran matematika
di sekolah yang dihubungkan dengan dunia nyata.Hal ini tersirat dari
pernyataannya : “ Real world as a concret world
is transfered through mathematical application.”
Salah
cabang ilmu matematika yang sangat dekat pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari
adalah statistika. Tentu kita masih ingat dalam pemilihan presiden yang lalu
banyak lembaga survei yang melakukan hitung cepat atau quick count terkait hasil
pemungutan suara. Tidak sedikit masyarakat heran bagaimana sebuah hasil
pemungutan suara dari ratusan juta pemilih dapat diumumkan dalam hitungan menit
setelah pelaksanaan pemungutan suara. Dalam ilmu statistika hal itu
dimungkinkan karena untuk memperoleh gambaran yang mendekati kenyataan
dari hasil pemungutan suara cukup melalui sampel beberapa Tempat Pemungutan
Suara (TPS) yang diambil dengan kaidah
keilimuan yang berlaku. Di sini hasil pemungutan suara di seluruh TPS di sebut
populasi. Sebenarnya apa yang dilakukan lembaga survei tersebut merupakan
bagian dari kegiatan penelitian dengan memanfaatkan salah satu cabang
matematika yaitu statistika.
Materi
Statistika sudah dikenalkan sejak SD,
dan untuk di SMP pada kurikulum 2006 dipelajarai
di kelas sembilan. Berangkat dari kemanfaatan materi statistika dalam bidang
penelitian, dalam mengajarkan materi ini penulis mencoba mengajak siswa untuk berperan seolah-olah sebagai
peneliti. Dalam hal ini penulis memberi tugas kepada siswa untuk melakukan survei sederhana dan
menyimpulkan hasil survei yang diperoleh. Untuk memahamkan pengertian populasi
dan sampel dimanfaatkan lingkungan sekitar, seperti teman sekelas atau seluruh
siswa di sekolah. Untuk materi tentang mean atau rata-rata, median dan modus siswa
diminta melakukan penelitian tentang tinggi rata-rata, berat rata-rata siswa di
sekolah melalui pengukuran beberapa siswa secara acak sebagai sampel .Sedangkan pada materi
penyajian data dalam bentuk diagram
siswa diminta membuat angket sederhana guna melakukan penelitian kecil tentang
mata pelajaran yang paling di sukai, olah raga yang paling digemari
bahkan tentang sinetron remaja yang
paling favorit saat ini atau hal lain
yang relevan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Adapun
langkah-langkah guna menunjang kegiatan di atas adalah siswa di bentuk menjadi beberapa
kelompok.Pada materi tentang mean atau rata-rata, median dan modus setiap kelompok mendapat tugas melakukan
penelitian yang berbeda. Misal kelompok satu meneliti tentang rata-rata tinggi
badan siswa sedang kelompok lain meneliti
tentang rata-rata berat badan siswa.Populasi
bisa siswa satu kelas atau jika memungkinkan siswa satu sekolah . Selanjutnya siswa
diminta mencari sampel guna penelitian tersebut. Diberikan petunjuk bahwa sampel diambil secara acak dan dibatasi
jumlahnya. Di samping menghitung rata-rata, siswa juga diminta menentukan
median dan modus dari data diperoleh guna mempertajam pemahan materi ajar
tersebut.
Dalam
materi statistika tentang penyajianm data bentuk diagram, siswa diajak
melakukan survei sederhana. Dalam hal ini kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya
diminta menentukan tema yang akan
menjadi bahan survei. Setelah itu siswa diminta membuat angket sederhana. Dalam
hal ini angket berupa angket tertutup, berupa pilihan jawaban yang hanya
dipilih satu. Misalnya angket tentang mata pelajaran UN yang paling disenangi,
maka disediakan pilihan empat mapel yang ada, kemudian respondensi hanya boleh
memilih satu saja. Setelah angket dibuat
siswa menyebarkan angket yang dibuat diberikan responden yang dipilih secara
acak. Angket yang terkumpul oleh siswa kemudian datanya dihimpun dalam bentuk
tabel yang selanjutnya dibuat diagramnya, yaitu diagram batang, garis dan
lingkaran. Setelah dibuat diagram siswa diminta membuat kesimpulan yang
dipresentasikan di depan kelas.
Dengan
memanfaatkan model pembelajran di atas berdasarkan penelitian tindakan
kelas yang telah penulis lakukan ternyata pada kelas yang
bermasalah mampu meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Jika
sebelumnya tingkat partisipasi belajar hanya 58,82% meningkat menjadi 85,70 %.
Sedangkan hasil belajar yang awalnya rata-rata 67,57 meningkat menjadi 77,41
terjadi peningkatan sebesar 14,56 %.
Model
pembelajaran di atas sejalan dengan Contextual Teaching Learning (CTL) atau
pembelajaran kontekstusl. dimana siswa dituntut mengkonstruksi pengetahuan
berdasarkan pengalaman belajar yang dilakukannya. Ketika siswa menemukan makna
di dalam pelajaran, siswa akan ingat apa yang dipelajari. Pembelajaran membuat
siswa mampu menghubungkan isi dari subjek akademik dengan kehidupan sehari-hari
(Elaine B.Johnson, 2010 :62)
Dalam
implementasi kurikulum 2013 model pembelajaran di atas memenuhi kaidah
pembelajaran saintifik. Hal ini bisa dilihat dari lima pengalaman belajar yang
dialami siswa yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan hasil pengolahan informasi yang merupakan inti
dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Tampaknya
menjadi tantangan bagi guru khususnya guru matematika untuk selalu menyajikan
pembelajaran yang mampu menggugah minat
belajar siswa. Sebab minat belajar, motivasi dan partisipasi siswa adalah kunci
keberhasilan meningkatnya hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Dan di sini guru dituntut berinovasi tanpa henti. Selamat
berinovasi guru Indonesia.
Daftar Pustaka
Johnson, Elaine B (2010) , Contextual Teaching & Learning : Bandung : Penerbit Kaifa
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik(2014), Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 :Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Suwarno, Agus (2011), Upaya
Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbentuk Survei
Sederhana Pada Materi Statistika Siswa Kelas IX SMP N 2 Baturraden : Penelitian Tindakan Kelas
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.