![]() |
Indahnya Berbagi |
Siang
itu Adin duduk di teras rumah menunggu kepulangan papanya. Tadi pagi saat
mengantar Adin ke sekolah Papa berjanji mengajak Adin pergi ke restoran untuk
memesan tempat dan makanan guna merayakan ulang tahunnya. Ya, seminggu lagi
Adin akan merayakan ulang tahun yang ke sepuluh. Ulang tahun kali ini adalah
saat yang paling ditunggu-tunggu Adin. Setahun yang lalu Papa berjanji akan
merayakan ulang tahunnya di restoran
terkenal. Sebelumnya ulang tahun Adin selalu dirayakan di rumah secara sederhana
dengan mengundang teman-temannya.Dengan sedikit rengekan dan berjanji untuk
rajin belajar dan tidak nakal , Adin mampu meluluhkan hati Papa untuk
mengadakan pesta ulang tahun di restoran
favoritnya.
Adin cepat-cepat berlari menuju
pintu pagar dan segera membukanya sesaat stetlah mendengar deruman suara mobil,
meskipun mobil papanya belum terlihat, telinganya sudah hafal benar suara mobil Papanya meskipun masih
berjarak cukup jauh dari rumahnya. Dan benar juga selang beberapa waktu kemudian mobil Papanya
segera meluncur masuk ke halaman
rumah.Adin sangat gembira sambil melonjak-lonjak dan bertepuk tangan, ia
menyambut kedatangannya Papanya. Dari dalam mobil Papa hanya menggeleng-gelengkan
kepala sambil tersenyum, melihat tingkah putrinya.
“Jadi
Pa , Jadi Pa !” tanya Adin setengah berteriak dengan menarik-narik tangan
Papanya sesaat setelah keluar dari mobil. “Yah, jadi “ jawab Papa singkat, yang tampaknya paham akan maksud
pertanyaan Adin. “ Horeee... , jadi !”,
teriak Adin dengan melonjak setinggi-tingginya.
Demi mendengar teriakkan Adin yang
keras Mama keluar dari dalam rumah. “ Adin, tolong beri kesempatan Papa untuk
masuk dan istirahat dulu ,“ kata mama memperingatkan
Adin yang tampak terlalu bersemangat . “ Oh iya Pa, ayo masuk dulu, Adin sudah
sipkan teh manis dan kue buatan Mama
untuk Papa lho,tuh di meja !”kata Adin sambil menggandeng tangan Papanya masuk
ke dalam rumah. “ Anak Papa ,paling pinter kalau ada maunya, nih ,“ sahut Papa
sambil mencubit pipi Adin yang seperti bakpao, kemerah-merahan.
Setelah beristirahat sejenak dan
berganti pakaian Papa segera mengajak Adin menuju restoran yang dijanjikannya
dengan mengendarai mobil. Di dalam mobil Adin membayangkan betapa senangnya
dapat mengajak teman-temannya untuk ikut merayakan ulang tahun di sebuah
retsoran yang terkenal dengan ayam gorengnya yang lezat . Tentu di sekolah ia
akan menjadi bahan pembicaraan teman-temannya. Bayangan meriahnya acara ulang
tahun sampai dengan enaknya menu makanan yang akan tersaji membuat Adin tidak
mempedulikan bagaimana Papanya berjuang melepaskan diri dari kemacetan di jalan
yang saat itu tepat waktunya orrang pulang dari kerja. Hentakkan rem yang
diinjak secara mendadak membuyarkan lamunan Adin .Hampir saja kepalanya membentur
dashboard mobil. “ Sudah sampai Pa ?, “ tanya Adin tergagap . “ Hampir, sabar
saja “ jawab Papanya pelan . “ Tampaknya kita tidak bisa parkir di depan
restoran lho Din, lihat itu, parkir sudah penuh,.“kata Papa sambil menunjuk tempat
parkir di depan restoran.
“
Terus bagaiman dong Pa? “ tanya Adin sedikit kecewa. “ Tidak usah khawatir ,kita parkir di belakang restoran saja “. Segera Papa memutar mobil menuju jalan di
belakang restoran.
Setelah sampai di belakang restoran Papa
segera memarkirkan mobilnya di tepi jalan. “ Ayo kita turun ! “ Ajak Papa
kepada Adin. “ Sebentar Pa!,” jawab
Adin sambil memegang pergelangan tangan Papa yang akan membuka pintu mobil.
“Lho , ada apa !” tanya Papa keheranan. “ Lihat Pa “, kata Adin lirih sambil tangannya menunjuk
pemandangan di depan mobil mereka. Tampak seorang wanita gelandangan beserta dua anaknya sedang mengais-ngais sampah di belakang
restoran. Anaknya yang berumur kurang dari setahun dalam gendongan ibunya
sedang anak yang seumuran Adin tampak asyik membuka-membuka kotak makanan bekas
dari tempat sampah. Terlihat mereka sedang memunguti sisa-sisa makanan yang
masih layak untuk di makan dari tempat sampah. Anak gelandangan yang seumuran
dengan Adin sesekali melonjak-lonjak
kegirangan saat ia mendapatkan potongan ayam goreng masih utuh dari kotak makan
dan segera memasukkan ke kantong plastik yang dibawa ibunya. Senyum dan tawa
mereka seolah tidak mempedulikan tatapan beberapa orang yang melihat
tindakan mereka dengan perasaan jijik.
Sementara itu Adin dan Papa melihatnya dengan persaan haru.
Tanpa
terasa buliran cair hangat keluar dari ujung mata Adin meluncur membahasi pipinya. “ Pa, kita pulang
yuk ,“ ajak Adin kepada Papanya dengan suara pelan. “ Terus bagaimana dengan renacana
pesan tempat dan makanan ke restoran untuk, ulang tahun kamu? “ tanya Papa keheranan. “ Tidak usah Pa, kita pulang saja “, jawab Adin sambil
merengkuh tangan Papanya dan menyembunyika wajahnya pada lengannya menahan
buliran air matanya agar berhenti mengalir. Dengan masih memendam tanya dalam
hati Papa meghidupkan mobil dan meluncur pulang ke rumah.
Sesampai
di rumah Adin langsung berlari menuju kamar. Sementara itu, Mama yang melihat
tingkah Adin hanya terbengong, keheranan. Tatapan mata Mama kepada papa yang
penuh tanya hanya di jawab gerakan
mengangkat bahu.
Papa dan Mama terduduk di sofa. Tanpa
kata-kata keluar dari mulut keduanya. Mereka tampaknya sibuk dengan pertanyaan
dalam pikiran mereka demi melihat kelakuan putri mereka. Tiba-tiba saja Adin
keluar dengan membawa dua celengan kaleng bergambar berbi berwarna merah muda.
“ Pa, Mah, ulang tahun Adin tidak usah dirayakan di restoran “.
“
Lho kenapa “, tanya Papa dan Mama hampir bersamaan .
“Papa
lihatkan apa yang terjadi di belakang restoran tadi ? “ tanya Adin. “ Oh yang
tadi ? “, sahut Papa. Sementara itu Mama hanya menatap dengan panuh tanya
mendengar pembicaraan Adin dan Papanya. Demi melihat kebingungan Mama, Papa
segera menceritakan apa yang mereka
lihat pada saat parkir di belakang restoran kepada Mama.
”
Adin ingin di hari ulang tahun Adin nanti berbagi makanan kepada para gelandangan dan pengemis dan ini uang tabungan Adin untuk membeli
makanan “. Kata Adin sambil menyerahkan celengan kalengnya kepada Papanya.
“Baiklah
kalau itu keinginana kamu, papa jadi terharu, nanti uang yang rencana untuk
merayakan ulang tahunmu di restoran kita gunakan juga unutuk membeli makanan
yang akan kita bagi- bagikan “, usul Papa. “ Tapi ngomong-ngomong makanan apa yang
akan kita bagikan ? “. Tanya Papa. “ Bagaimana nasi bungkus dengan lauk sayur
dan ayam goreng, dengan uang yang ada nanti akan lebih banyak gelandangan
dan pengemis yang akan memperoleh
nasi bungkus “.
Mama hanya terdiam membisu mendengar
percakapan Adin dan Papa. Ia terharu melihat Adin yang biasanya manja dan mau
menang sendiri ternyata mempunyai jiwa kepedulian terhadap orang-orang yang
dalam kekurangan. Dipeluknya tubuh Adin, sambil mencium kepala putrinya dengan
lirih Mama berkata “ Mama bangga kepada kamu nak,”. Tampak mata Mama berkaca-kaca.
Hari
ini nampaknya hari yang yang berharga bagi Adin. Ia melihat masih banyak
anak-anak yang tidak beruntung, hidup
dalam kekurangan.Dan sudah sepantasnya ia yang kebetulan mempunyai orang tua
dengan rezeki yang lebih dari cukup untuk bisa berbagi dengan mereka.Ya,
alangkah indahnya jika kita semua bisa saling berbagi.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar di sini. Apabila komentar membutuhkan suatu jawaban, maka saya akan segera menjawabnya. Terima kasih.