Monday 14 December 2009

MENGAJAR ALA NARUTO

Naruto adalah tokoh ninja kartun yang digemari oleh anak-anak hingga dewasa. Keistimewaan tokoh ini adalah kebandelannya. Dengan beraninya ia menyambangi lawan-lawannya dan mengajak bertarung dengan tangan kosong.Keberaniannya kadang sedikit ngawur membuat  ia mampu mengalahkan lawan-lawannya, ya jelas, kan ia tokoh utamanya. 
Dalam mengajar di kelas ada guru yang menggunakan strategi ala Naruto. Guru saat mengajar di kelas tanpa persiapan , bahkan tanpa membawan buku sama sekali. Dengan percaya diri berlebihan, karena mempunyai pengalaman mengajar puluhan tahun dan merasa penguasaan materi di luar kepala , nglothok, begitu dalam bahasa jawanya, sang guru mengajar di depan kelas.Dulu waktu duduk di bangku SMP saya kagum terhadap guru yang mengajar di depan kelas tanpa memegang buku sama sekali. Pada waktu itu pembelajaran di kelas terpusat oleh guru. Siswa bagaikan gelas kosong yang datang ke sekolah untuk diberi tumpahan ilmu dari guru. Guru yang mengajar bak pendekar tangan kosong, Naruto, biasanya memulai pelajaran dengan catatan ringkasan dilanjutkan contoh soal dan drill soal, demikian diulang-ulang setiap masuk kelas.
Seorang teman yang sudah puluhan tahu mengajar di SD membanggakan diri karena setiap masuk kelas dia tak perlu membawa buku sama sekali, semua materi sudah terekam di dalam otak,demikian mungkin maksudnya. Dalam suatu kesempatan ia memperagakan kepada saya bagaiman ia menerangkan kepada siswanya tentang rumus luas trapesium, rumus yang sering sulit diingat oleh siswa. Beliau kemudian menggambar sebuah bangun datar trapesium selanjutnya dikatan bahwa rumus luas trapesium adalah "sisi atas ditambah sisi bawah dikali tinggi kemudian dibagi dua.Rumus umum trapesium adalah " Jumlah sisi sejajar kali tinggi kemudian dibagi dua".Saya agak sedikit iseng membuat gambar trapesium dengan  mengubah posisi  sisi  yang sejajar tidak atas bawah tetapi kanan dan kiri.Ketika saya tanyakan bagaiman dengan rumus yang baru ia sampaikan dengan posisi trapesium seperti itu, jawabannya cukup mengejutka, dikatakannya bahwa bangun yang saya gambar bukan trapesium.Saya mencoba meyakinkan bahwa yang saya gambar adalah trapesium, tetapi yang bersangkutan bersikukuh dengan pendapatnya. Sayapun menghentikan perdebatan tersebut dengan harapan yang bersangkutan mau mempelajari lebih lanjut sifat-sifat trapesium.
Pengalaman bertahun-tahun dalam mengajar seringkali menjadikan guru mempunyai percaya diri yang berlebihan sehingga merasa tidak perlu untuk belajar lagi atau memperkaya referensi bahkan kadang menutup diri terhadap upaya-upaya peningkatan kompetensi karena merasa telah cukup kompeten. Jika ini terjadi dikhawatirkan jika   yang bersangkutan salah konsep akan berakibat buruk terhadap siswa yang diajarnya.Seorang guru yang mempunyai pengalamn mengajar tiga puluh tahun bukan berarti juga mempunyai pengalaman ilmu mengajar tiga pulh tahun, bisa jadi pengalaman ilmu mengajar setahun yang diulang-ulang dalam tiga puluh  tahun.
Sudah tidak zamannya guru menggunakan strategi tangan kosong ala Naruto dalam mengajar di kelas.Guru perlu mempersiapkan strategi pembelajaran yang tidak monoton dan memperluas referensi materi ajar sehingga memperkaya wawasan ilmu siswa.Upaya pemanfaatan strategi dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar perlu selalu dilakukan. Disamping itu penggunaan referensi yang bervariasi dan terkini sangat diperlukan.
Seorang guru yang mengajar di kelas dengan membawa buku referensi di kelas bukan berarti guru yang kurang kompeten atau sebaliknya guru yang masuk kelas tanpa membawa satupun buku referensi dikatakan hebat. Marilah kita selalu meningkatkan kompetensi dan keprofesionalan kita sebagai guru dengan berprinsip pada belajar sepanjang hayat dan keterbukaan menerima perubahan positif baik melalui pelatihan maupun diskusi dengan teman sejawat.